Mataram (NTBSatu) – Kinerja sektor perhotelan di Provinsi NTB mengalami penurunan pada Februari 2025.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang tercatat hanya 32,75 persen. Angka ini turun 3,63 poin dari Januari 2025 (36,38 persen) dan menurun 2,65 poin dari Februari 2024 (35,40 persen).
Sementara itu, TPK hotel non bintang juga mengalami penurunan, yakni menjadi 22,94 persen. Angka ini turun 0,96 poin dari Januari 2025 (23,90 persen) dan menurun 1,59 poin dibanding Februari tahun sebelumnya (24,53 persen).
Meski terjadi penurunan tingkat hunian, Rata-rata Lama Menginap (RLM) mengalami peningkatan. Kepala BPS NTB, Wahyudin mengatakan, RLM hotel berbintang meningkat menjadi 1,91 hari, sementara hotel non bintang menjadi 1,64 hari.
“Ini mengindikasikan bahwa meskipun jumlah tamu menurun, sebagian tamu memilih untuk tinggal lebih lama,” ujarnya, Selasa, 8 Maret 2025.
Wisatawan Domestik Mendominasi
Kemudian, wisatawan domestik masih mendominasi komposisi tamu di NTB. Pada hotel berbintang, dari total 83.616 tamu, sebanyak 68,16 persen adalah tamu domestik. Sementara 31,84 persen merupakan tamu mancanegara.
Di hotel non bintang, dari 59.985 tamu yang tercatat, 71,54 persen merupakan wisatawan domestik dan 28,46 persen dari luar negeri.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Hotel Kota Mataram, I Made Adiyasa mengungkapkan, jika durasi, harga dan okupansi hotel tahun ini lebih sepi daripada tahun 2024.
Dari sisi tingkat hunian hotel di Kota Mataram pun baru terjadi peningkatan setelah hari raya. “Mulai H+3 Lebaran baru terlihat hunian hotel meningkat, mencapai 65 persen,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan, harga kamar hotel tahun 2025 relatif lebih rendah daripada tahun sebelumnya. “Harga hotel sekarang relatif lebih rendah, ini juga jadi daya tarik bagi tamu,” imbuhnya.
Namun, Made menekankan bahwa tren penurunan TPK pada awal tahun ini harus menjadi sinyal penting bagi Pemprov NTB untuk mengevaluasi strategi pengembangan pariwisata.
Porsi wisatawan mancanegara masih tergolong rendah. Menurutnya, Pemprov harus lebih agresif menyasar pasar Eropa, Australia, dan Asia Timur.
Selain itu, peningkatan konektivitas dan aksesibilitas wisata perlu Pemprov perhatikan agar wisatawan tertarik datang dan berlibur lebih lama.
“Penurunan tingkat hunian ini patut menjadi perhatian serius, mengingat NTB dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional. Terutama dengan adanya MotoGP, wisata halal, dan kekayaan alam serta budaya yang khas,” jelasnya. (*)