Musik

“Kolaboria Soundmeton Lombok” dan Anggapan Musisi Lokal Tak Laku

G: Kalau begitu, bagaimana kalian mengatasi perbedaan kultur yang cukup mendasar itu?

A: Sejak awal, kami telah membagi kerja masing-masing tim. Untuk masalah kampanye dan strategi promosi, kami sepakat bahwa hal itu akan diurus oleh MCS. Kemudian, Memofest memikirkan strategi penjualan tiket.

Baca Juga:

G: Apa latarbelakang Kolaboria Soundmeton Lombok mematok tiket dari harga Rp50.000 – Rp150.000?

A: Kolaboria Soundmeton Lombok adalah kerja kolaborasi. Perlu diketahui, Memofest hadir dari ranah industri hiburan. Sementara, MCS adalah gerakan kolektif yang diprakarsai oleh beberapa orang. Latarbelakang mematok tiket berkutat pada masalah keproduksian, yaitu harga yang harus dibayar untuk mendatangkan band-band yang tampil. Pada awalnya, MCS memakai modal pribadi, tanpa iklan dan tiket. Karena, waktu itu, MCS hanya menunggu band dan musisi yang melakukan tur. Artinya, modal produksi yang dibutuhkan jauh lebih sedikit kalau dibandingkan dengan mengundang band dan musisi untuk tampil. Nah, kalau kami mengundang band dan musisi, jumlah modal produksi yang diperlukan cukup besar. Sehingga, sedikit tidak masuk akal apabila tidak menjual tiket dan merchandise.

G: Apa pertimbangan Anda kala menentukan guest star dalam Kolaboria Soundmeton Lombok?

A: Memofest menyerahkan penentuan line-up guest star ke MCS. Kami beranggapan bahwa seluruh band dan musisi yang ada, dapat tampil di MCS. Asalkan, band dan musisi itu memiliki kemajuan dalam berproses, baik nama-nama baru maupun lama. Band dan musisi yang memang memiliki kemajuan, tidak perlu mengajukan diri. Kami yang akan meminta mereka untuk tampil di MCS. Guest star di Kolaboria Soundmeton Lombok, Rosen Muller sedang produksi mini album baru. Kemudian, The Dare baru rilis lagu baru. The Jansen juga baru merilis lagu-lagu baru, dan Dongker pun demikian. Intinya, band dan musisi harus punya kemajuan.

Baca Juga:

G: Ada anggapan bahwa MCS dan Memofest tidak percaya dengan band dan musisi Lombok. Karena, memilih mendatangkan The Jansen dan Dongker. Apakah itu benar?

A: Soal benar atau tidak, kami tidak leluasa mengatur atau memberikan jawaban. Karena, kami memang sadar bahwa anggapan-anggapan yang seperti Anda sampaikan akan selalu ada. Namun, kami tidak munafik bahwa MCS dalam penentuan guest star selalu variatif, yaitu 50 persen dari Lombok dan 50 persen di luar Lombok. Kemunculan MCS pun sebenarnya ingin coba menghadirkan sesuatu yang baru. Namun, saya mengakui bahwa sudah banyak kolektif-kolektif musik di Lombok, dan itu sangat bagus. Akan tetapi, MCS memiliki pandangan tersendiri. Kami memilih untuk menargetkan pendengar dan penonton dengan jangkauan yang lebih luas, Sebenarnya, kami bisa saja mengundang guest star yang 100 persen dari dalam Lombok. Namun, tidak dapat dipungkiri, bahwa beberapa band dan musisi Lombok hanya didengarkan dan diapresiasi oleh lingkaran yang itu-itu saja. Band dan musisi Lombok yang potensial memang ada. MCS sebenarnya hendak bertindak sebagai jembatan bagi band dan musisi Lombok untuk mendapatkan kesempatan diapresiasi dan didengarkan secara lebih luas, salah satu caranya adalah dipertemukan dengan band dan musisi yang berasal dari luar Lombok. Fakta menariknya, dalam beberapa waktu belakangan, kancah musik di Lombok sedang terdengar menarik di luar Lombok. Karena, produktivitas band dan musisi di Lombok. Kemudian, MCS ingin memanfaatkan momentum itu supaya perhatian mengenai kancah musik di Lombok makin kuat terbangun di luar Lombok. Bagi saya, kancah musik Lombok sedang bergairah dan layak untuk disorot secara langsung. Jadi, anggapan bahwa musisi lokal tidak laku itu, saya rasa tidak benar.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button