Mataram (NTBSatu) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram memasang Tsunami Early Warning system (TEWS) di 8 kelurahan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Mahfuddin Noor mengatakan, TEWS merupakan salah satu program ketangguhan bencana sebagai upaya pecegahan ancaman bencana tsunami. Alat ini mampu memberikan peringatan dini tsunami dalam waktu lima menit setelah kejadian gempa bumi yang berpotensi membangkitkan tsunami.
“Setiap kelurahan akan ada satu tower sistem peringatan dini tsunami tersebut,” ujar Mahfuddin Noor, dikonfirmasi NTBSatu, Rabu, 31 Juli 2024.
Adapun delapan kelurahan tersebut, di antaranya Bintaro, Ampenan Tengah, Banjar, Ampenan Selatan, Kekalik, Tanjung Karang Permai, Tanjung Karang, dan Jempong.
Ia melanjutkan, Pemerintah Kota Mataram turut membangun Gedung Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB). Gedung tersebut nantinya menjadi pusat informasi, edukasi, dan komando kebencanaan, dengan luas sekitar 300 hingga 400 meter persegi.
“Lokasi gedung bersebelahan dengan kantor BPBD Kota Mataram. Gedungnya lantai 1, lengkap dengan peralatan berbasis IT. Agustus ini mulai pengerjaannya. Semoga awal tahun depan sudah bisa beroperasi,” jelas Mahfuddin.
Kelurahan Tangguh Bencana
Untuk program ketangguhan bencana lainnya, BPBD juga merancang desain ancaman bencana di Kota Mataram. Kelurahan-kelurahan yang Mahfuddin sebut telah terpasang jalur evakuasi.
“Delapan kelurahan itu sebagai kelurahan tangguh bencana. Mereka telah tuntas melaksanakan penguatan kapasitas wilayah,” ungkapnya.
Peta ancaman bencana dan rawan bencana khusus tsunami pun telah terpasang pada seluruh wilayah tersebut.
“Kami pasang 230 rambu kebencanaan untuk tahap pertama. Ada lagi tambahan pada 50 titik. Rambu-rambunya mulai dari peringatan rawan tsunami, batas zona aman, rawan, jalur evakuasi kiri dan kanan, dan titik kumpul sebagai tempat evakuasi sementara sekaligus evakuasi akhir,” terangnya.
Untuk daya tampung masing-masing titik, ia mengakui bahwa lokasi tempat evakuasi sementara dan tempat evakuasi akhir berupa ruang terbuka. Sehingga, tidak ada gedung evakuasi khusus dan daya tampungnya belum dapat terhitung secara pasti.
“Namun, kalau ruang-ruang terbuka, kan, cakupan tampungannya lebih luas. Cuma opsi tambahannya nanti itu harus ada tenda, dapur umum, dan keperluan tambahan lainnya,” pungkas Mahfuddin. (*)