Sumbawa

Jepang Lirik Sumbawa Jadi Pusat Peternakan Sapi Terintegrasi

Sumbawa Besar (NTBSatu) – Pemerintah Kabupaten Sumbawa menerima kunjungan delegasi Japan International Cooperation Agency (JICA), Rabu, 24 September 2025. Kunjungan ini dalam rangka penjajakan investasi proyek peternakan sapi teritegrasi.

Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot menyampaikan, Sumbawa memiliki lahan luas dan potensi besar di bidang peternakan. Namun tantangan masih cukup banyak, seperti keterbatasan pakan, air, serta minimnya fasilitas pendukung.

“Masyarakat umumnya hanya mampu memelihara 3 sampai 4 ekor sapi. Lahan lebih banyak digunakan untuk menanam jagung, sementara peternakan semi modern membutuhkan biaya besar,” jelas Jarot.

Lokasi Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) Labangka menjadi titik perhatian. Di kawasan ini, pemerintah merancang sistem peternakan berkelanjutan berbasis integrasi antara lahan pakan, kandang, dan manajemen modern.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa juga tengah mengusulkan pembangunan Bendungan Labangka Komplek senilai Rp2,1 triliun. Proyek ini untuk mendukung irigasi lahan pakan dan keberlanjutan peternakan.

Namun, pembangunan bendungan masih menunggu prioritas pendanaan dari Pemerintah Pusat karena saat ini fokus nasional masih pada pengembangan jaringan irigasi.

Potensi Peternakan Sapi di Sumbawa

Sementara itu, perwakilan JICA menyebutkan, proyek peternakan ini menjadi bagian dari 85 proyek kerja sama Jepang di Indonesia. Dari jumlah itu, ini adalah proyek ke-9 yang menyasar sektor pangan dan peternakan.

“Kami membawa empat perusahaan Jepang, ditambah sebelas perusahaan besar yang berminat mengembangkan sektor ini,” ujarnya.

Salah satu perusahaan, PT Takakita turut memperkenalkan teknologi pengolahan pakan berbasis traktor. Mesin ini memanfaatkan tongkol jagung sebagai pakan ternak. Teknologi tersebut dinilai cocok diterapkan di Sumbawa, mengingat jagung menjadi salah satu komoditas unggulan daerah.

Berdasarkan data Bappeda, kontribusi komoditas andalan Sumbawa terhadap ekonomi NTB cukup signifikan. Rinciannya, jagung 46 persen, udang 72,92 persen, rumput laut 67,54 persen, kopi 42,27 persen, dan sapi hidup 29,97 persen.

IKLAN

Jika dimaksimalkan, sektor peternakan sapi diperkirakan mampu menyumbang hingga Rp20,97 miliar per tahun terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Jarot berharap, kolaborasi dengan JICA dan investor Jepang mampu mempercepat transformasi peternakan rakyat menjadi industri yang lebih modern dan terintegrasi.

“Sumbawa punya lahan, tenaga kerja, dan potensi. Dengan dukungan teknologi Jepang, kami optimis Sumbawa bisa jadi pusat suplai daging sapi nasional,” tegasnya.

Langkah selanjutnya, Pemkab akan menindaklanjuti rencana ini dengan penguatan regulasi, pengembangan infrastruktur, dan pembukaan peluang investasi di sektor hilir peternakan.

Proyek ini juga harapannya mampu membuka lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan pada daging impor, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak lokal. (*)

Berita Terkait

Back to top button