Mataram (NTBSatu) – Selama bulan Ramadan 2025, telah terjadi dua kali kasus gantung diri. Insiden tragis ini terjadi di dua lokasi berbeda, yaitu di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur.
Salah satu dari dua kasus gantung diri tersebut bahkan memicu aksi massa hingga berujung pada pembakaran kantor polisi.
Pemuda di Lombok Utara gantung diri setelah diduga ditekan oknum polisi
Pertama, seorang pemuda berinisial RW. Orang tuanya menemukannya meninggal dunia gantung diri di rumahnya pada Senin, 17 Maret 2025. RW mengalami tekanan mental setelah menjadi korban dugaan pemerasan dan penekanan oknum polisi.
Kronologi Kejadian
RW terlibat dalam kesalahpahaman saat berbelanja di sebuah ritel modern. Ia secara tidak sengaja mengambil ponsel milik karyawan ritel yang sebelumnya ia titipkan.
Video insiden tersebut tersebar luas di media sosial dan membuat RW menjadi perbincangan publik.
Menyadari kesalahannya, RW segera mengembalikan ponsel tersebut dan berdamai dengan pihak ritel.
Namun, situasi berubah ketika muncul dugaan adanya oknum yang meminta sejumlah uang kepada RW.
Tekanan mental akibat ancaman tersebut diduga menjadi pemicu utama RW mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya.
Kematian RW menyulut kemarahan warga. Pada malam harinya, ratusan orang menyerang kantor Polsek Kayangan, Polres Lombok Utara. Massa yang emosi membakar kantor polisi hingga mengalami kerusakan parah.
Kasus Gantung Diri di Lombok Timur
Kasus gantung diri kedua terjadi di Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, pada Kamis, 20 Maret 2025. Korban inisial OS (28), seorang mahasiswa yang meninggal dunia di kamar rumahnya.
Pukul 14.00 Wita, ibu korban, S (59), pulang ke rumah dan menemukan anaknya sudah dalam keadaan tergantung menggunakan tali nilon yang terikat di kayu utama plafon kamar. Panik, Sumaini langsung meminta bantuan kepada bibik korban, Hensi Suryani (43), yang tinggal bersebelahan.
Tangisan Sumaini membuat warga sekitar berdatangan dan segera menurunkan korban dari gantungan. Sayangnya, korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa sebelum sempat dilarikan ke puskesmas.
Polisi sudah melakukan olah TKP. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
“Keluarga korban menolak autopsi dan menerima kejadian ini sebagai takdir,” kata Kasi Humas Polres Lombok Timur, AKP Nikolas Osman, Jumat, 21 Maret 2025.
Berdasarkan keterangan saksi, korban sempat mengeluh karena seseorang sempat uangnya meminjam uangnya. Namun belum dikembalikan. (*)