Mataram (NTBSatu) – Hutan Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan Timur, kembali menjadi sorotan menyusul meningkatnya angka deforestasi nasional.
Laporan terbaru dari lembaga independen Auriga Nusantara menunjukkan, sepanjang tahun 2024, Indonesia kehilangan tutupan hutan alam seluas 261.575 hektar. Naik 1,62 persen daripada tahun sebelumnya.
Dari total tersebut, kawasan hutan mendominasi kehilangan dengan luas 149.867 hektare atau setara 57,29 persen dari total deforestasi. Hutan produksi mencatatkan kontribusi paling signifikan dalam laju kerusakan itu, mencapai 128.358 hektare.
Di belakangnya, hutan lindung kehilangan 13.805 hektare, sementara hutan konservasi tercatat menyusut 7.704 hektare. Tak kalah mencemaskan, kawasan Area Penggunaan Lain (APL) turut mengalami deforestasi sebesar 111.708 hektare, atau 42,71 persen dari total kehilangan.
Pulau Kalimantan mencatatkan angka deforestasi tertinggi secara nasional pada 2024, dengan kehilangan tutupan hutan seluas 129.896 hektare.
Angka yang hampir mencapai separuh dari total kerusakan hutan di seluruh Indonesia. Kalimantan Timur menjadi kawasan dengan penyusutan paling masif, menjadikannya pusat degradasi ekologis yang tak bisa lagi diabaikan.
Data global World Resources Institute (WRI) memperkuat urgensi ini. Dalam kurun waktu 2002 hingga 2024, Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan kehilangan hutan primer tropis lembap (humid tropical primary forest) terbesar di dunia, mencapai 10,7 juta hektare.
Brasil masih berada di posisi pertama dengan kehilangan 33,5 juta hektare, disusul Republik Demokratik Kongo dengan 7,4 juta hektare.
Di tengah geliat proyek-proyek infrastruktur besar dan ekspansi industri berbasis lahan, Kalimantan Timur, yang kini menjadi pusat perhatian nasional dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), justru berada dalam ancaman krisis ekologis.
Jika tren ini terus berlanjut tanpa intervensi serius, maka Indonesia berisiko kehilangan aset ekologis yang tak tergantikan. (*)