Oleh: Muhammad Hidayat
Mereka yang percaya tentang syiar Islam di Dompu, sampai kapanpun akan menempatkan pengalaman masyarakat ini sebagai salah satu tonggak sejarah yang penting dan mengagumkan.
Sejak lama sekali, sejak berabad-abad yang silam, orang Dompu tercengang oleh karena perubahan yang mendadak dari segi religiusitas atau hubungan vertikal dengan sang pencipta semesta.
Dompu sebagai daerah yang subur, diduga kuat telah mengundang perhatian dunia luar. Selain itu, ada dugaaan bahwa pada abad 16, Dompu telah didatangi oleh para saudagar dari Jawa. Bersamaan dengan itu, barangkali Dompu juga telah menjadi sasaran dakwah Islam, sehingga muncul kemudian anggapan bahwa selain saudagar dari Jawa, pedagang-pedagang Melayu muslim banyak juga yang berdatangan ke Dompu untuk tujuan yang sama. Beberapa waktu kemudian, secara perlahan-lahan Islam pun dapat diterima masyarakat Dompu.
Dompu yang sebelumnya memperoleh pengaruh Hindu harus melewati sebuah konversi sosial besar-besaran. Pergeseran itu ditandai oleh banyak hal, salah satu misalnya perubahan istilah kerajaan menjadi kesultanan. Alhasil nama-nama muslim terbaca dari nama-nama para sultan yang kemudian memimpin kesultanan Dompu dari tahun ke tahun. Nuansa dan corak kehidupan keislaman pun terasa.
Islam mendapat tempat yang layak. Bentuk keyakinan dan berbagai praktik Islam berangsur-angsur mendominasi seluruh aspek kehidupan sosial masyarakat Dompu dengan tidak ada yang menghalanginya. Hal ini berbeda dengan masuk dan berkembangannya Islam di daerah lain di Indonesia, sebut saja Sulawesi Selatan. Meskipun pada babak-babak tertentu Islam disebarkan dengan jalan damai, pada bagian lain terpaksa harus menempuh jalan perang, terutama peperangan dengan raja-raja Bugis yang menolaknya kala itu.
Hanya saja belum ada bukti yang otentik terkait dengan berapa lama proses Islamisasi itu terjadi. Hal ini berbeda dengan daerah Bima, dimana pada tahun 1640 Islam telah menjadi agama resmi di Bima. Meskipun sebelumnya proses Islamisasi itu juga memakan waktu yang lama. Tahun 1609, Sultan Abdul Kahir sendiri telah memeluk Islam, tapi baru pada tahun 1640 seluruh Bima memeluk Islam.
Lihat juga:
- GT World Challenge Asia 2025 Sukses Digelar di Sirkuit Mandalika, Pembalap dan Penonton Puas
- Selain Pengawas, Intip Syarat Jadi Pengurus Koperasi Merah Putih
- Putra Gubernur Jawa Barat Lamar Wakil Bupati Garut Usai Laga Persib Bandung Vs Barito Putera
- FIFA Hukum Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Atas Aksi Diskriminatif Suporter
- Polsek Mataram Amankan 10 Remaja Dugaan Pengeroyokan di Kos-kosan
- Proyek Siluman Smart Class Seret Kadis Dikbud NTB ke Pengadilan