Mataram (NTB Satu) – Museum Negeri NTB kembali mengadakan sekolah filologika sebagai upaya melestarikan naskah kuno dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum. Sekolah filologika tahun ini merupakan angkatan ke-3 dan kegiatannya telah dimulai pada Rabu, 17 Mei 2023.
Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, SH., MH., menyampaikan, sekolah filologika merupakan indikator kinerja utama dalam upaya pemajuan kebudayaan. Hal tersebut tertuang dalam Perda Provinsi NTB Nomor 16 tahun 2021 tentang pemajuan kebudayaan.
“Kami di museum selalu berusaha untuk memajukan kebudayaan. Salah satunya dengan mempelajari manuskrip,” ujarnya, Rabu, 17 Mei 2023.
Selain menjadi indikator kinerja utama, kata Ahmad, melalui sekolah filologika ini pihaknya mengajak masyarakat untuk mengetahui dan belajar tentang manuskrip. Seperti, lontar yang ada di koleksi Museum Negeri NTB.
“Program ini diadakan supaya masyarakat dan generasi muda lebih memahami terkait isi dari manuskrip yang kita miliki. Khususnya, mengenai informasi kebudayaan yang melatarbelakangi manuskrip tersebut ditulis,” jelasnya.
Ahmad menambahkan, bahwa masyarakat yang dapat membaca lontar mulai berkurang. Hal ini juga yang menjadi latar belakang sekolah filologika diadakan sehingga bisa mencetak generasi yang bisa membaca lontar.
“Kami berharap, dari angkatan ke-3 sekolah filologika ini bisa mendapatkan generasi-generasi yang dapat membaca lontar nantinya,” harap Ahmad.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Provinsi NTB, Lalu Abdurrahim, S.Pd. MH, mengungkapkan, bahwa seharusnya bidang kebudayaan yang mengadakan sekolah filologika. Dengan tujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait pemahaman sejarah peninggalan nenek moyang.
“Namun, atas dasar situasi dan kondisi belum bisa terealisasi. Kami bersyukur kepala museum punya gagasan untuk melaksanakan kegiatan ini. Kedepannya semoga mimpi dari bidang kebudayaan yang mengadakannya dapat tercapai,” ungkapnya.
Abdurrahim menerangkan, untuk merawat warisan budaya perlu keseriusan dalam memahami naskah kuno. Sehingga warisan budaya nenek moyang tidak lekang oleh zaman.
“Saya, kami, dan kita semua di NTB ini, saya harap untuk siap menerima dan serius menerima warisan budaya oleh sejarawan. Sehingga, warisan budaya kita sendiri tidak hilang oleh setiap generasi,” tutupnya.
Pada sekolah filologika angkatan ke-3 ini, terdapat 23 peserta yang tergabung. Mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dan masyarakat. Para peserta akan mengikuti kegiatan selama 18 kali pertemuan, dari tanggal 17 Mei sampai 28 Juni 2023 mendatang.
Berikut rincian peserta yang mengikuti sekolah filologika tersebut, dari Mataram 8 orang, Lombok Barat 4 orang, Lombok Tengah 8 orang. Lalu, Lombok Timur 1 orang, Kabupaten Sumbawa 1 orang, dan Kabupaten Lombok Utara 1 orang. (JEF)
Lihat juga:
- Forum Kades Lombok Timur Tegaskan Netralitas ke Anggota, Akui Tantangan dalam Pengawasan
- Survei Puspoll Indonesia: Elektabilitas Sumiatun-Ibnu Salim Ungguli Tiga Paslon Lain di Pilkada Lombok Barat
- Survei PRESiSI: Elektabilitas Najmul – Kus Jauh Tinggalkan Dua Pesaingnya
- Survei SPIN: Elektabilitas Muchsin Effendi – Junaidi Arif Lewati Najmul – Kus di Pilkada Lombok Utara
- Enam Ekor Sapi Warga di Bima Tersambar Petir, Kerugian Capai Rp30 Juta
- Pengamat Prediksi AQUR akan Menang di Pilkada Kota Mataram