Daerah NTB

Pupuk Subsidi Terbatas, Butuh Gerakan Masif Penggunaan Pupuk Organik

Mataram (NTB Satu) – Semakin terbatasnya kuota pupuk bersubsidi yang mengalir ke petani mestinya menjadi momentum yang baik untuk memasifkan gerakan penggunaan pupuk non kimia atau non sintetis. Sebab tanpa adanya gerakan yang masif, cukup sulit untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk organik di kalangan petani.

Anggota Komisi II DPRD NTB Ir. Made Slamet, MM mengatakan pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Kementerian Pertanian terkait dengan alokasi pupuk bersubsidi untuk petani ini. Oleh Kementerian Pertanian, diberikan secara rinci perhitungannya.

Selain alokasi pupuk bersubsidi memang terbatas, juga ada indikasi penyalahgunaan di lapangan. Misalnya banyak pupuk yang mestinya untuk padi, dugunakan untuk jagung. Karena itulah salah satu yang harus dilakukan oleh pemerintah dan petani yaitu mengoptimalkan penggunaan pupuk organik ini.

“Dari dulu sudah digaungkan penggunaan pupuk organik. Namun tidak terealisasi dengan maksimal. Padahal jika itu dilaksanakan, akan banyak membantu petani dan lingkungan sekitar. Sebab sampah kan banyak, termasuk sampah pertanian banyak. Namun petani biasanya membakarnya,” kata Made Slamet, Ahad 1 Januari 2023.

Ia mengatakan, untuk menghadirkan pupuk organik sebenarnya tidak sulit, terlebih bahan bakunya sudah tersedia seperti sampah organik, limbah-limbah pertanian seperti jerami, sekam, dedaunan serta kotoran ternak. Tinggal bagaimana menggerakkan masyarakat agar kultur pembuatan pupuk organik dihidupkan lagi seperti dulu.

“Semestinya program ini dilirik, dianggarkan. Artinya demo-demo terkait dengan edukasi dan sosialisasi pembuatan pupuk organik harus rutin dilakukan,” ujar politisi PDIP ini.

Made mengaku secara pribadi tetap memberikan atensi penuh terhadap pupuk organik ini. Misalnya di Panti Asuhan yang dikelolanya, ada lahan seluas 40 are digunakan untuk menanam tanaman pekarangan dan mulai menggunakan pupuk organik.

“Saya tadi datangkan tenaga penyuluh di Panti Asuhan saya. Anak-anak Panti diajari cara membuat pupuk. Kita hanya beli zat kimia untuk fermentasinya saja. Selebihnya bahan-bahannya dari sampah organik yang dihasilkan setiap hari,” ujarnya.

Menurutnya, jika program ini berhasil dilakukan, maka akan bisa mengurangi volume sampah di masyarakat. Dan hal ini sejalan dengan program Zero Waste yang dilaksanakan Pemprov NTB.

“Tenaga penyuluh harus terus mendemokan masalah pupuk organik ini. Masalah sampah akan terbantu karena sebagian sampah diatasi,” tutupnya.(ZSF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button