Mataram (NTBSatu) – Jatah pupuk subsidi untuk Provinsi NTB di tahun 2024 mengalami penurunan, dibandingkan tahun 2023.
Tahun 2024, Provinsi NTB hanya mendapatkan pasokan pupuk subsidi sebesar 132.000 ton. Turun 50.000 ton dibandingkan tahun 2023, yakni 182.000 ton.
“Memang jatah untuk NTB itu berkurang. Dulu diberikan sekitar 182.000 ton, sekarang hanya 132.000 ton. Tapi mereka meyakinkan, ini hanya untuk kebutuhan musim tanam pertama saja,” kata Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi NTB, Fathul Gani, pada Senin, 22 Januari 2023.
Sebagai salah satu daerah lumbung pangan, tidak sepatutnya jatah pupuk subsidi NTB dipangkas. Karena itu, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen akan melengkapi kebutuhan pupuk NTB.
Apalagi sekarang, Pemerintah Pusat menambah anggaran pengadaan pupuk subsidi sebesar Rp14 triliun.
“Kementan sudah berkomitmen untuk melengkapi kebutuhan pupuk NTB. Insya Allah kita sudah bersurat. Dari Dinas Pertanian kita sudah arahkan untuk bersurat, Pak Gubernur juga sudah mengarahkan untuk mengahadapi musim tanam berikutnya,” jelasnya.
Baca Juga: Pihak Istana Bantah Adanya Permintaan Presiden Jokowi Bertemu dengan Megawati
Mantan Kepala Distanbun Provinsi NTB itu mengaku, jumlah pupuk yang dialokasikan tersebut masih jauh dari kebutuhan petani di NTB. Secara keseluruhan, kebutuhan pupuk untuk petani hingga musim tanam terkahir mencapai 360.000 ton.
“Jumlah tadi (132.000 ton) hanya untuk menyelamatkan musim tanam pertama saja dulu. Kan kita punya musim tanam 2 sampai 4,” terangnya.
Sebenarnya, sambung Gani, pihaknya bisa saja memenuhi kebutuhan pupuk tersebut. Namun, dengan pengurangan jumlah ini, para petani bisa mengimbangi penggunaan pupuk organik dan anorganik.
“Jangan sampai terlalu pada pupuk kimia. Yang baik itu penggunaan dan pemanfaatan pupuk secara berimbang, antara organik dan anorganik,” bebernya.
Berdasarkan rekomendasi, harusnya para petani menggunakan pupuk kimia itu 150 kilogram per hektare. Faktanya sekarang petani bahkan sampai 300 kilogram per hektare penggunaan pupuk kimia.
“Karena itu mulai coba minimalisir dengan pertanian organik itu,” tutupnya. (MYM)