Ekonomi Bisnis

Perdagangan Luar Negeri NTB Terjaga, Perhiasan dan Tembaga Masih Jadi Andalan Ekspor

Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, kinerja perdagangan luar negeri masih terjaga hingga triwulan ketiga 2025.

Selama periode Januari-September 2025, nilai ekspor NTB mencapai 600,40 juta dolar AS, sedangkan nilai impor sebesar 200,09 juta dolar AS.

Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin mengatakan, meski nilai ekspor secara tahunan mengalami penyesuaian, struktur perdagangan luar negeri NTB tetap stabil dengan kontribusi besar dari sektor unggulan, khususnya perhiasan dan tembaga.

“Secara umum perdagangan luar negeri NTB masih terjaga. Komoditas perhiasan dan tembaga menjadi penopang utama ekspor kita dan masih diminati di pasar internasional,” ujar Wahyudin dalam Berita Statistik, Senin, 3 November 2025

Pada September 2025, nilai ekspor NTB tercatat sebesar 173,70 juta dolar AS dengan dua komoditas utama, yakni perhiasan atau permata dan tembaga.

Perhiasan menyumbang 112,13 juta dolar AS (64,55 persen), sedangkan tembaga mencapai 55,89 juta dolar AS (32,17 persen).

Selain itu, komoditas ikan dan udang mencatat nilai ekspor 4,94 juta dolar AS (2,85 persen). Daging dan ikan olahan sebesar 523,29 ribu dolar AS (0,30 persen). Kemudian, garam, belerang, serta kapur senilai 160,64 ribu dolar AS (0,09 persen).

Negara tujuan ekspor terbesar adalah Swiss (63,99 persen), Tiongkok (15,83 persen), Thailand (8,81 persen). Lalu, Vietnam (4,04 persen), dan Amerika Serikat (3,01 persen).

“Pasar ekspor utama NTB tetap kuat, terutama Swiss dan Tiongkok. Ini menunjukkan komoditas unggulan kita masih memiliki daya saing yang baik,” jelas Wahyudin.

Impor Terkendali dan Terkonsentrasi pada Bahan Industri

Sementara itu, nilai impor NTB selama Januari-September 2025 mencapai 200,09 juta dolar AS. Terjadi penurunan sebesar 74,91 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada bulan September 2025, nilai impor tercatat sebesar 11,93 juta dolar AS.

Komoditas impor terbesar meliputi karet dan barang dari karet senilai 7,60 juta dolar AS (63,67 persen), mesin-mesin atau pesawat mekanik sebesar 3,46 juta dolar AS (29,01 persen).

Selanjutnya, benda dari besi dan baja senilai 499,89 ribu dolar AS (4,19 persen), berbagai produk kimia sebesar 310,83 ribu dolar AS (2,60 persen), serta kain ditenun berlapis senilai 20,52 ribu dolar AS (0,17 persen).

Negara asal impor terbesar adalah Jepang (59,02 persen), Tiongkok (30,74 persen), Australia (5,35 persen), dan Singapura (4,89 persen).

“Impor kita didominasi oleh bahan baku dan barang modal, artinya masih ada aktivitas industri di daerah yang tetap berjalan,” terang Wahyudin.

Ia menambahkan, ke depan pemerintah daerah perlu mendorong hilirisasi dan diversifikasi ekspor untuk memperkuat struktur ekonomi NTB. Dengan langkah tersebut, nilai tambah produk daerah dapat meningkat dan ketergantungan pada komoditas mentah bisa berkurang.

“Kinerja perdagangan luar negeri NTB masih solid. Namun, ke depan kita perlu memperluas basis ekspor melalui hilirisasi agar ekonomi daerah semakin tangguh,” tutup Wahyudin. (*)

Berita Terkait

Back to top button