Sumbawa

BPBD Sumbawa Jadikan Destana sebagai Strategi Antisipasi Bencana

Sumbawa Besar (NTBSatu) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa terus memperkuat strategi mitigasi bencana. Salah satunya dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) di wilayah rawan bencana.

Hingga September 2025, sebanyak 17 desa telah resmi membentuk Destana sebagai bentuk kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dua desa terbaru yang bergabung tahun ini adalah Desa Rhee Loka, Kecamatan Rhee dan Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano.

“Total sudah 17 desa yang membentuk Destana hingga 2025. Untuk tahun ini, target dua desa sudah terlaksana seratus persen. Desa yang kita pilih itu berdasarkan peta risiko bencana, terutama banjir,” ujar Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan BPBD Kabupaten Sumbawa, Sukiman, S.T., Rabu, 24 September 2025.

Setiap Destana membentuk tim relawan sebanyak 30 orang yang telah mendapatkan pelatihan khusus. Mulai dari kesiapsiagaan, evakuasi, pemetaan risiko, pertolongan pertama, hingga komunikasi bencana.

“Mereka ini dilatih hanya satu hari, tapi setelah itu langsung dikukuhkan oleh kepala desa. Mereka jadi garda terdepan di wilayahnya masing-masing. Kalau ada bencana, mereka yang pertama bergerak sebelum bantuan dari luar datang,” jelas Sukiman.

BPBD menargetkan pembentukan 10 desa tambahan dalam program Destana pada 2026. Hal ini didorong oleh besarnya jumlah desa di Sumbawa yang mencapai 165 desa, dan banyak di antaranya masuk dalam kategori rawan bencana.

“Kalau tiap tahun kita hanya bentuk dua desa, prosesnya akan sangat lama. Karena itu kita usulkan agar tahun depan bisa lebih dari dua. Minimal 10 desa,” katanya.

Program Mitigasi Bencana BPBD Sumbawa

Selain program Destana, BPBD juga akan melaksanakan program mitigasi bencana di Desa Margakarya, Kecamatan Moyo Hulu, pada Oktober mendatang.

“Ada program mitigasi juga untuk menguatkan kesiapan masyarakat. Kita perlu banyak pendekatan karena ancaman bencana tidak hanya banjir, tapi juga longsor, gempa, kekeringan, dan angin puting beliung,” tambahnya.

Pemilihan desa untuk program Destana berdasarkan peta rawan bencana BPBD. Peta ini terus diperbarui berdasarkan data kejadian bencana tahunan, khususnya wilayah yang terdampak banjir secara rutin.

IKLAN

“Kita lihat dari data kejadian. Kalau satu desa tiap tahun kebanjiran, maka jadi prioritas untuk membentuk Destana. Tapi ke depan, semua desa akan kita dorong untuk punya program ini, karena semua desa berpotensi terdampak bencana, bukan hanya banjir,” tutup Sukiman. (*)

Berita Terkait

Back to top button