Jakarta (NTBSatu) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis informasi terkait prediksi puncak musim kemarau periode tahun 2025 di Indonesia.
Dalam laporannya, BMKG juga memprediksi awal musim kemarau beserta sifatnya.
BMKG menyebutkan, pola cuaca tahun ini tidak akan terlalu dipengaruhi oleh fenomena El Niño maupun La Niña.
Dengan kondisi iklim yang cenderung netral, BMKG memperkirakan kemarau tahun ini akan berlangsung seperti pola iklim tahun 2024.
Menurut prediksi BMKG, musim kemarau di Indonesia akan mulai secara bertahap. Dari Maret ini hingga April mendatang di beberapa wilayah di Indonesia.
Sementara itu, BMKG mengungkapkan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung antara bulan Juni hingga Agustus 2025.
“Secara lebih rinci, BMKG memprediksi musim kemarau 2025 pertama kali terjadi pada saat ini, Maret 2025, di enam zona musim atau 0,86 persen zona musim,” ujar Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengutip website resminya, Sabtu, 15 Maret 2025.
Berdasarkan prediksi BMKG, awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada periode yang sama.
Kemudian mundur dibandingkan dengan kondisi normalnya, yakni pada 207 Zona Musim (ZOM).
“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka Awal Musim Kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama,” katanya.
Dwikorita menjelaskan, prediksinya, wilayah yang mengalami awal musim kemarau sama dengan normalnya adalah Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Serta sebagian Maluku dan sebagian Maluku Utara.
BMKG Prediksi Kemarau di NTB Datang Lebih Lambat
BMKG memprediksi, wilayah yang mengalami awal musim kemarau mundur atau datang lebih lambat daripada dengan normalnya, yaitu Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, di Sulawesi, sebagian Maluku utara dan Merauke.
Terkait sifat musim kemarau tahun 2025 di Indonesia, Dwikorita mengatakan secara umum musim kemarau 2025 bersifat normal.
“Yakni di sebanyak 416 ZOM, yang meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan. Kemudian, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua,” ungkapnya.
Kemudian untuk wilayah yang mengalami sifat musim kemarau di atas normal terjadi di 185 ZOM.
“Yang meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan Tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah,” sebut Dwikorita.
Adapun untuk wilayah dengan sifat musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari klimatologisnya ada di 98 ZOM,m. Yakni meliputi wilayah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan. (*)