Mataram (NTBSatu) – Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, merespons teguran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian soal pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan I 2025 yang minus 1,47 persen.
Iqbal meluruskan, penyampaian Menteri Tito bukan teguran, tetapi sebatas pertanyaan.
“Sebenernya itu bukan teguran, itu pertanyaan dari Mendagri,” kata Iqbal kepada wartawan, Rabu, 28 Mei 2025.
Ia mengakui tak bisa hadir saat rapat, namun setelah pernyataan Mendagri itu viral, lantas ia meminta kesempatan menjelaskan secara langsung.
Iqbal kepada Mendagri menjelaskan, duduk persoalan sebenarnya pada sektor pertambangan yang tetap masuk dalam pertumbuhan ekonomi. Padahal sektor ini sedang terganggu akibat tersendatnya relaksasi ekspor.
Sementara pada sektor lain, pertumbuhan ekonomi NTB justru pada posisi naik dengan angka 5,57 persen.
“Duduk persoalannya bahwa, kalau kita mau melihat pertumbuhan ini di luar pertambangan sebenarnya kita tumbuh 5,57 persen. Bahkan di sektor pertanian kita tumbuh lebih dari 10 persen,” imbuhnya.
Dengan begitu sebenarnya perekonomian NTB pada posisi on the track.
Spesifik ia menyebut, pemicu sektor pertambangan tidak stabil saat ini karena Smelter milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sudah operasional. Sehingga pemerintah menghentikan izin ekspor konsentrat.
“Kita ketahui bersama tahun lalu itu secara resmi Smelter yang ada PT AMNT itu sudah berfungsi. Sejak peresmiannya, Smelter itu maka izin ekspor konsentrat PT AMNT itu dihentikan. Sementara pada saat berjalan itu kapasitasnya baru 40 persen. Jadi terjadi lah penumpukan konsentrat, sehingga tidak ada produksi. Produksinya turun sampai 54 persen,” ujarnya.
Bahkan, dalam dua bulan terakhir ini Smelter sudah berhenti total, karena ada masalah teknis. Dengan begitu, ia melihat penurunan ini hanya karena sektor pertambangan.
“Jadi ini fenomena yang muncul karena Smelter baru beroperasi. Bukan hanya AMNT yang mengalami seperti itu, Freeport juga mengalami seperti itu,” bebernya.
Diingatkan Tim Transisi
Lalu Iqbal mengakui, sejak awal mendapat peringatan dari tim transisinya soal kemungkinan akan ada penurunan pertumbuhan ekonomi jika menggabungkan dengan sektor tambang. Karena itu, sudah ada upaya melobi ke Kementerian ESDM.
Dua pekan lalu ia mengaku, sudah bertemu langsung dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Minta agar ada relaksasi ekspor bagi PT AMNT dalam jumlah tertentu dan waktu tertentu.
Langkah itu untuk mengatasi dampak penurunan ekonomi. Karena Iqbal melihat, situasi di Blok Batu Hijau PT Amman Mineral berdampak serius pada sektor lain. Seperti bagi hasil.
“Karena kalau ini tidak segera kita atasi maka tahun depan itu bagi hasilnya bisa nol,” tegasnya.
Fenomena tambang memang berimplikasi domino. Apalagi, kontraksi pada sektor ini lebih dari 30 persen atau minus 30 persen. Suka tidak suka, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara umum.
Sekali lagi ia menjelaskan, sejauh ini komponen lain sebenarnya sudah berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan ekonomi NTB, bahkan cenderung positif.
Situasi ini sudah ia jelaskan secara detail kepada Tito Karnavian. Ia mengklaim, Menteri sudah paham dan akan membantu mencarikan solusi terbaik.
“Saya sudah menjelaskan kepada Mendagri dan beliau memahami situasi itu. ‘Oh ini ternyata jawaban dari pertanyaan saya’,” kata Iqbal mengutip Tito. (*)