“Nah, guru sedang dalam upaya membenahi siswa untuk lebih baik. Tetapi ini menjadi ancaman bagi seluruh guru Indonesia. Kami tidak lagi leluasa untuk mencari cara yang tepat dalam mendisiplinkan siswa. Padahal buah dari pendidikan kedisiplinan di sekolah ini akan menjadi bekal selama hidupnya,” ujarnya.
Orang tua pun pasti senang bila anaknya disiplin, lanjut Zaenal, namun mengapa mereka memperkarakan guru saat sedang berupaya mendisiplinkan anak-anak mereka.
“Bila demikian, sudahlah, kembalikan kepada orang tuanya untuk mendidik sendiri anaknya,” tuturnya.
Ia pun meminta kepada masyarakat terutama orang tua wali murid untuk memahami, kalau para guru sedang membantu dalam mendidik anak-anaknya.
Berita Terkini:
- Pemprov NTB Pangkas Anggaran Rp400 Miliar, Dewan: Manfaatkan untuk Tangani Kemiskinan Ekstrem – Perbaikan Infrastruktur
- Demo Pembentukan PPS, ASDP Pastikan Pelabuhan Poto Tano Tetap Buka
- Hikayat Ampenan: Jejak Maritim dan Napas Toleransi dalam Sajian Teater Situs Kota Tua
- Dibantai Barcelona, Begini Hitungan Kans Real Madrid Bisa Juarai La Liga
“Mereka kami anggap seperti anak kandung kami yang di rumah. Kami punya etika untuk menghukum anak-anak sesuai dengan tingkat indisiplinernya di sekolah. Ada anak yang cukup ditegur dengan kalimat halus, namun ada yang harus lebih keras karena memang dia sulit untuk didisiplinkan hanya dengan kalimat halus,” ungkapnya.
Kalau anak-anak anda yang kami didik kemudian menjadi anak yang disiplin, baik, berbakti kepada orang tua, sambungnya, pasti anda pun senang.
“Apalagi seorang Akbar Sorasa yang sedang dalam upaya menjadikan anak anda taat menjalankan kewajiban agama. Pasti anda merasa lega saat anak anda rajin Salat bahkan mendoakan orang tuanya. Bukankah doa anak yang anda harapkan saat anda sudah berada di alam kubur,” tanyanya.
Oleh karena itu, dirinya mengajak kepada orang tua siswa SMKN 1 Taliwang yang sedang memperkarakan Akbar Sorasa untuk membuka hati berdamai dan menyekolahkan kembali anaknya.
“Mari kita dukung pemerintah daerah sampai pusat untuk lebih memperhatikan pendidikan, salah satunya guru sebagai ujung tombak. Mari dukung petisi ini untuk memastikan tidak terulangnya pemidanaan terhadap guru Indonesia,” pungkasnya. (JEF)