Sejarah dan Budaya

Hikayat Ampenan: Jejak Maritim dan Napas Toleransi dalam Sajian Teater Situs Kota Tua

Mataram (NTBSatu) – Hikayat Ampenan, sebuah proyek seni kreatif dan inovatif berbasis teater situs spesifik. Karya ini mengangkat kembali kejayaan Kota Tua Ampenan sebagai bandar maritim penting di wilayah Indonesia Timur.

Sutradara Hikayat Ampenan, Syamsul Fajri Nurawat mengatakan, proyek ini bukan hanya sekadar pertunjukan teater. Tetapi sebuah medium untuk membangkitkan kesadaran sejarah dan budaya lokal.

Ia mengungkapkan, insipirasi utama karya ini datang dari pengalaman masa kecilnya di Ampenan.

“Saya terinspirasi dari masa kecil saya yang tumbuh di Kota Tua Ampenan. Sering melewati mercusuar, stanplat, hingga bioskop Ramayana. Saya juga sering menyaksikan langsung saat masyarakat Hindu membuang abu ke laut. Di momen-momen seperti itu, saya melihat orang-orang mengambil uang kepeng. Hal itu dulu begitu akrab di kehidupan sehari-hari,” ujarnya, saat konferensi pers di Taman Budaya Provinsi NTB, Rabu, 14 Mei 2025.

Semua itu membekas kuat di ingatanya, tapi kini banyak yang mulai hilang dari pandangan.

IKLAN

Melalui karya ini, Syamsul ingin menghidupkan kembali memori kolektif masyarakat tentang Ampenan sebagai kota pelabuhan yang kosmopolit dan penuh toleransi.

Ampenan: Jejak Sejarah, Toleransi, dan Gagasan Masa Depan

Sebagai kota pelabuhan, Ampenan pernah menjadi penghubung penting antara Majapahit dan wilayah timur Nusantara, sebagaimana tercatat dalam kitab Negarakertagama.

Wilayah ini menjadi tempat berkumpulnya berbagai komunitas seperti Bugis, Banjar, Tionghoa, Arab, Bali, dan Melayu. Ibarat sebuah miniatur keberagaman Indonesia yang hidup rukun berdampingan.

IKLAN

Lebih jauh, Syamsul mengatakan, Ampenan layak sebagai bagian dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Serta, sudah sepatutnya ada museum maritim yang mengangkat sejarah lokal di NTB.

“Saya membayangkan Ampenan bisa menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya yang hidup. Serta kembali punya peran dalam narasi besar sejarah kemaritiman Nusantara. Yang tak kalah penting, saya berharap Ampenan bisa menjadi ruang studi dan pusat kajian budaya maritim di Indonesia,” harapnya.

Pertunjukan Interaktif, Bergerak, dan Imersif

Pertunjukan “Hikayat Ampenan” akan berlangsung pada Jumat, 16 Mei 2025, mulai pukul 20.00 Wita hingga selesai di tiga titik secara estafet.

Pertama di Auditorium Samalas, Museum Provinsi NTB – pertunjukan gaya lecture performance. Kemudian, Gedung Ekraf, Taman Jangkar Ampenan– pertunjukan berbasis sound art dan visual performance. Lalu, Teater Arena Terbuka, Taman Budaya NTB – teater eksperimental berbasis ketubuhan.

    Menggunakan pendekatan teater promenade atau teater berpindah, penonton akan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain menggunakan kendaraan yang panitia siapkan.

    Untuk menciptakan pengalaman imersif, penonton diminta membawa earphone dan akan memindai barcode audio sebagai bagian dari interaksi digital selama pertunjukan.

    “Pertunjukan ini bukan hanya tentang melihat, tapi mengalami. Penonton diajak untuk bergerak, mendengar, dan menyelami sejarah secara puitik dan imajinatif,” terang Syamsul.

    Kolaborasi Lintas Komunitas dan Dukungan Nasional

    Proyek ini merupakan hasil kolaborasi lintas komunitas seni di Lombok. Di antaranya, SFNlabs, Art of Distraction, Teater Rumah Kapuk, dan Explore Lombok.

    Secara nasional, “Hikayat Ampenan” merupakan proyek seni yang lolos program Dana Indonesiana Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Kemudian, mendapat pendanaan oleh LPDP dalam kategori Penciptaan Karya Kreatif dan Inovatif. (*)

    Berita Terkait

    Back to top button