BERITA NASIONAL

Jembatan Bahtera Sriwijaya, Simbol Konektivitas dan Lokomotif Ekonomi Sumatera Selatan – Bangka Belitung

Mataram (NTBSatu) – Pemerintah tengah mempersiapkan pembangunan Jembatan Bahtera Sriwijaya, infrastruktur strategis nasional yang akan menghubungkan Pulau Bangka di Provinsi Bangka Belitung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Proyek ini digadang-gadang sebagai game changer konektivitas wilayah barat Indonesia dan penggerak utama pertumbuhan ekonomi kawasan.

Dilansir akun Facebook Batam & Kepri Skycrapercity, Jumat, 27 Juni 2025, jembatan ini akan membentang sepanjang 13,5 kilometer. Menjadikannya salah satu jembatan laut terpanjang di Indonesia setelah Jembatan Suramadu (5,4 kilometer).

Struktur ini akan membentang dari Desa Sebagin, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan hingga ke Desa Tanjung Tapa, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

IKLAN

Dari sisi pembiayaan, perkiraannya proyek ini menelan anggaran hingga Rp13 triliun. Rencana pendanaan melalui skema kombinasi antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan partisipasi investasi swasta. Dengan opsi Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) masih dalam tahap kajian oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Dampak Ekonomi Langsung dan Tidak Langsung

Pembangunan Jembatan Bahtera Sriwijaya diproyeksikan memberi dampak ekonomi luas di berbagai sektor. Pertama, logistik dan perdagangan. Distribusi barang antar provinsi akan lebih efisien. Saat ini, pengiriman dari Palembang ke Bangka membutuhkan waktu 6–8 jam via kapal feri dan truk.

Dengan jembatan ini, waktu tempuh dipangkas hingga 50 persen, meningkatkan produktivitas sektor logistik.

IKLAN

Kedua, UMKM dan perdagangan lokal, meliputi akses pasar yang terbuka luas bagi pelaku usaha kecil menengah. Penjualan produk Bangka seperti lada putih, kerupuk kemplang, serta hasil laut, bisa langsung ke Sumatera. Demikian pula sebaliknya, dapat lebih cepat memasarkan hasil pertanian dari OKI dan sekitarnya di Bangka.

Ketiga, pariwisata berupa akses darat ke destinasi wisata unggulan seperti Pantai Parai Tenggiri, Pulau Lepar, dan kawasan hutan konservasi Sumatera Selatan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik. Proyek peningkatan wisatawan bisa mencapai 30–40 persen dalam tiga tahun pertama pasca operasional.

Selain itu, PSN ini mendorong Investasi Kawasan Perbatasan. Prediksinya, pusat-pusat ekonomi baru akan tumbuh di sekitar tapak jembatan, terutama di Bangka Selatan dan OKI.

IKLAN

Jembatan penghubung Provinsi Sumatera Selatan dengan Bangka Belitung ini juga akan mempercepat urbanisasi terencana, dan memperluas kawasan industri ringan serta sentra logistik.

Tantangan dan Pertimbangan Lingkungan

Meski menjanjikan banyak manfaat, pembangunan jembatan ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu perhatian utama adalah dampak lingkungan.

Jalur jembatan melintasi kawasan pesisir dengan ekosistem penting seperti hutan mangrove, gambut, dan habitat gajah Sumatera. Pemerintah mewajibkan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang mendalam sebagai syarat mutlak sebelum pelaksanaan konstruksi.

Status Terkini

Hingga pertengahan 2025, proses perencanaan telah memasuki tahap matang. Detail Engineering Design (DED) telah rampung. Lokasi tapak telah ditentukan dari hasil koordinasi dua provinsi. Skema pendanaan sedang difinalisasi di tingkat pusat. Serta, masuk dalam RPJMN 2020–2024 sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). (*)

Berita Terkait

Back to top button