Dokter Mawardi Diyakini Masih Hidup, Keluarga akan Lapor Polisi Lagi

Mataram (NTB Satu) – Keberadaan mantan Direktur RSUP NTB, dr. Mawardi Hamry hingga kini tak kunjung menemui titik terang. Sejak menghilang enam tahun lalu tepatnya 23 Maret 2016, kini pihak keluarga berencana membuat pelaporan kembali ke Polda NTB. Sebab laporan sebelumnya sudah diterbitkan SP3 setelah dua tahun tanpa hasil.

“Kami akan membuat pelaporan kembali ke Polda NTB, ini sudah menjadi kesepakatan kami dari pihak keluarga,” kata adik kandung dr. Mawardi, Nurul Hidayati Hamry kepada ntbsatu.com.

Diketahui sebelumnya, pada tahun 2016 silam, pihak keluarga juga sempat membuat pengaduan ke Polda NTB. Namun setelah dua tahun berjalan, penanganan laporan yang diadukan itu diberhentikan.

“Kami terima surat pemberhentian penyelidikan sekitar dua tahun pasca-pengaduan itu. Akan tetapi dari Kepolisian tidak ada sama sekali petunjuk ataupun keterangan, kan kami jadi (merasa) aneh,” tuturnya.

Meski begitu, pihaknya masih menaruh harapan kepada pihak terkait, dalam hal ini Kepolisian. Untuk itu, ia berharap agar pihak Kepolisian bisa menemukan titik terang dari hilangnya mantan Direktur RSUP NTB itu.

Menanggapi hal itu, Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda NTB, Kombes Pol Teddy Risitiawan mengatakan, setiap aduan yang diterima akan dilakukan proses. Menurut Teddy, meski kasus itu telah ditutup beberapa tahun lalu, tetapi pihaknya tetap mencari informasi dengan melakukan penyelidikan.

“Kami hormati penyidikan yang sudah jalan, dan ditutup pada era sebelumnya. Namun tetap kami akan cari informasi. Kalau ditemukan bukti baru, bisa saja kami buka kembali, meskipun tanpa adanya pelaporan kembali,” kata Pamen melati tiga itu ke awak media, Rabu 14 September 2022.

Keseriusan Polda NTB dalam menangani kasus hilangnya dr. Mawardi dibuktikan dengan tetap berjalannya penyelidikan. “Kami cari menggunakan tim IT kami, karena bisa melacak keberadaan seseorang. Kami juga sampaikan kalau ada masyarakat yang mengetahuinya, silakan sampaikan ke kami,” imbaunya.

Menurut Teddy, kendala utama dalam penanganan aduan hilangnya dr. Mawardi, tidak adanya informasi awal. “Setiap kasus memiliki kendala yang berbeda, dalam hal ini kami tidak ada sama sekali informasi atau petunjuk awal,” tandasnya. (MIL)

Exit mobile version