Kota Mataram

Mataram Darurat Sampah, DLH Akui Kewalahan Hadapi Tumpukan 150 Ton Tiap Hari

Mataram (NTBSatu) – Pembatasan ritase pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok, membuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram kewalahan. Setiap hari, sekitar 150 ton sampah tidak tertangani optimal akibat keterbatasan daya tampung TPA yang Pemerintah Provinsi NTB kelola tersebut.

Kepala DLH Kota Mataram, Nizar Denny Cahyadi mengatakan, pembatasan tersebut memaksa pihaknya menetapkan langkah-langkah darurat. Jika sebelumnya Kota Mataram mampu membuang hingga tiga ritase sampah per hari, kini hanya mendapat izin satu ritase.

“Ritase sudah dibatasi dari provinsi, hanya satu ritase per hari yang boleh masuk ke Kebon Kongok,” kata Denny, Senin, 15 Desember 2025.

Dampaknya, penumpukan sampah di Kota Mataram tidak terhindarkan. Denny menjelaskan, satu ritase rata-rata mengangkut sekitar dua ton sampah per kendaraan.

Dengan jumlah armada pengangkut sekitar 35 unit, volume sampah yang tidak terbuang mencapai 140 hingga 150 ton per hari. “Sekitar 140 sampai 150 ton sampah per hari yang tidak bisa kita buang ke TPA Kebon Kongok,” ujarnya.

Siapkan Dua Lokasi Pembuangan Sementara

Untuk mengatasi kondisi tersebut, DLH Mataram menyiapkan dua lokasi pembuangan sementara yang bersifat darurat. Opsi pertama adalah memanfaatkan perluasan area di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sandubaya dengan meminjam lahan di sekitar lokasi tersebut.

“Kita siapkan dulu di TPS Sandubaya, masih ada lahan di sekitar yang bisa kita pinjam sementara,” jelasnya.

Opsi kedua adalah memanfaatkan aset milik Pemerintah Kota Mataram di kawasan eks Bebek Galih, Lingkar Selatan. Lokasi ini akan menjadi alternatif apabila TPS Sandubaya tidak lagi mampu menampung sampah.

“Eks Bebek Galih itu jadi opsi berikutnya kalau yang di Sandubaya sudah tidak memungkinkan,” lanjut Denny.

Di lokasi eks Bebek Galih, DLH berencana menerapkan sistem timbun manual. Sampah yang ditimbun bersifat sementara dan akan diangkut kembali ke TPAR Kebon Kongok setelah kondisi memungkinkan.

“Begitu ada solusi dari TPA Kebon Kongok, sampah akan kita gali lagi dan diangkut ke sana,” katanya.

Di tengah kondisi darurat ini, DLH Mataram berharap kehadiran insinerator baru dapat membantu mengurangi volume sampah. Jadwalnya, alat tersebut akan tiba dalam waktu dekat.

“Mudah-mudahan bulan ini insinerator sudah datang dan bisa membantu mengurangi beban,” harapnya.

Denny mengakui, keterbatasan lahan menjadi persoalan utama penanganan sampah di Kota Mataram. Berbeda dengan daerah lain, Mataram tidak lagi memiliki lahan kosong yang memadai untuk pembuangan sampah jangka panjang.

“Kita memang tidak punya lahan lagi di kota ini untuk buang sampah,” tambahnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button