Kesehatan

NTB Waspadai Cikungunya

Mataram (NTB Satu) – Provinsi NTB mewaspadi penyakit cikungunya, setelah Januari 2023, jumlah penderitanya mencapai 396 orang. Sementara tahun 2022 mencapai 1.675 orang.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri MM.MARS., mengatakan, gejala cikungunya akan terasa seperti nyeri sendi, tubuh terasa seperti lumpuh gitu serta disertai pula dengan ruam, bercak bercak kemerahan pada badan.

“Gejala umumnya seperti lumpuh di persendian dan nyeri otot. Selain itu, ada gejala kejang yang disebabkan karena respon tubuh terhadap penyakit yang masuk,” ungkap dr. Fikri dalam keterangan pers di Dinas Kesehatan NTB, Jumat, 3 Februari 2023.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan NTB, penderita cikungunya pada Januari 2023 didominasi dari Kota Bima, yakni 154 orang. Di peringkat kedua ada Kabupaten Sumbawa dengan penderita sebanyak 83 orang. Kemudian peringkat ketiga diraih oleh Kabupaten Lombok Tengah, yakni 68 penderita.

Kabupaten Lombok Barat bertengger pada posisi keempat dengan penderita mencapai 47 orang, diikuti oleh Kabupaten Lombok Timur sebanyak 21 orang. Kemudian, Kabupaten Bima dengan penderita sebanyak 17 orang.

Untuk Kota Mataram, terdapat empat penderita cikungunya. Kemudian, Kabupaten Dompu relatif kecil, hanya dua penderita. Sedangkan, Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Sumbawa Barat belum menyerahkan data kepada Dinas Kesehatan NTB.

Karena peredaran cikungunya yang relatif banyak, dr. Fikri menyarankan kepada masyarakat agar lebih banyak mengonsumsi air putih. Pasalnya, cikungunya menyebabkan tubuh banyak kehilangan cairan. Selain itu, penderita cikungunya biasanya mengalami tenggorokan kering kemudian muntah.

“Apabila diperlukan terapi tambahan, yang paling penting adalah mencega, salah satunya adalah memasang kelambu di tempat tidur, seperti yang biasanya dipakai di desa-desa,” saran dr. Fikri.

Selain itu, memberantas sarang nyamuk merupakan hal yang penting. Ada tiga yang mesti terus dilakukan, menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, kemudian menutup tempat penampungan air.

“Intinya penyakit ini dapat dicegah dengan penataan lingkungan yang baik,” pungkas dr. Fikri. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button