BPS: Sektor Pertanian NTB Tumbuh Signifikan, Produksi Padi Capai 2 Juta Ton
						Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, sektor pertanian daerah tumbuh signifikan sepanjang tahun 2025. Salah satu indikator utamanya adalah peningkatan produksi padi yang diperkirakan mencapai 2,04 juta ton Gabah Kering Panen (GKP), naik 16,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin mengatakan, capaian ini menunjukkan hasil nyata dari berbagai program peningkatan produktivitas yang pemerintah daerah lakukan bersama petani.
“Kinerja sektor pertanian NTB pada 2025 sangat positif. Produksi padi kita meningkat cukup besar berkat optimalisasi lahan, dukungan sarana produksi, dan penggunaan benih unggul,” ujar Wahyudin dalam Berita Statistik, Senin, 3 November 2025.
Produksi Padi Naik, Lahan dan Produktivitas Meningkat
Berdasarkan data BPS, perkiraan luas panen padi pada 2025 mencapai 322,50 ribu hektare. Angka tersebut naik 14,48 persen daripada tahun sebelumnya sebesar 281,72 ribu hektare.
Kenaikan ini akibat perluasan areal tanam melalui bantuan pompa air, peningkatan frekuensi tanam. Serta, penambahan bantuan pupuk dan varietas benih unggul di sejumlah wilayah sentra padi.
Dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), perkiraan produksi padi 2025 mencapai 1,70 juta ton, naik 242,04 ribu ton daripada tahun 2024.
“Bertambahnya luas panen dan meningkatnya produktivitas, menunjukkan sektor pertanian NTB terus bergerak ke arah yang lebih efisien dan produktif,” kata Wahyudin.
Produksi Jagung Sedikit Terkoreksi karena Alih Fungsi Lahan
Di sisi lain, perkiraan produksi jagung pipilan kering tahun 2025 turun tipis sebesar 0,66 persen. Penyebab penurunan ini karena berkurangnya luas panen pada subround Mei-Agustus sekitar 15,49 ribu hektare, dan September-Desember sekitar 9,30 ribu hektare.
Selain itu, beberapa lahan jagung dialihkan untuk tanaman padi karena kondisi cuaca yang lebih mendukung dan potensi hasil yang lebih tinggi.
“Alih fungsi lahan dari jagung ke padi merupakan strategi adaptif petani menghadapi musim hujan. Secara keseluruhan, sektor tanaman pangan tetap tumbuh positif,” ungkap Wahyudin.
Daya Beli Petani Menguat
Selain peningkatan produksi, kesejahteraan petani di NTB juga ikut membaik. Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2025 tercatat sebesar 126,34, naik 0,65 persen dari bulan sebelumnya.
Kenaikan ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) meningkat 0,75 persen, lebih tinggi daripada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik 0,09 persen.
Penyebab kenaikan It karena naiknya harga jagung, tembakau, cabai merah, gabah, dan wortel. Sementara itu, kenaikan Ib akibat pengaruh emas perhiasan, cabai merah, beras, serta rokok jenis SKM dan SKT.
“Kenaikan NTP menunjukkan daya beli petani kita semakin kuat. Artinya, hasil pertanian naik lebih cepat dibandingkan biaya hidup dan produksi mereka,” terang Wahyudin.
Seluruh Subsektor Pertanian Untung
BPS mencatat, seluruh subsektor pertanian di NTB memiliki NTP di atas 100. Hal ini menandakan petani di semua bidang masih menikmati keuntungan usaha. Di antaranya, Tanaman Pangan (124,73), Hortikultura (182,92), Perkebunan Rakyat (103,71), Peternakan (113,28), dan Perikanan (107,24).
“Kondisi ini semakin memperkuat sektor pertanian, sebagai tulang punggung ekonomi NTB dan memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan masyarakat,” tutup Wahyudin. (*)
				
					
  

