Mataram (NTBSatu) – Wakil Ketua DPRD Provinsi NTB, Lalu Wirajaya angkat bicara soal kerusakan parah Jalan Terong Tawah yang memicu aksi protes warga.
Ia menjanjikan akan mendorong percepatan rehabilitasi jalan tersebut melalui APBD Perubahan 2025.
“Saya minta Komisi IV segera turun ke lapangan. Kita akan dorong agar jalan ini masuk skala prioritas,” ujar Wirajaya, Senin, 21 April 2025.
Ia mengakui pentingnya jalur tersebut sebagai penghubung antara Lingkungan Karang Genteng, Kota Mataram dan Desa Terong Tawah. Serta, mendorong sinergi antara Pemprov NTB dan Pemkab Lombok Barat karena beberapa segmen jalan berada di bawah kewenangan kabupaten.
Terkait aksi tanam pohon pisang oleh warga, ia tak mempersoalkan secara langsung. Namun berharap penyampaian aspirasi bisa melalui forum yang lebih kondusif.
“Saya paham kekecewaan masyarakat. Tapi mari kita duduk bersama, berbicara dari hati ke hati. Bukan lewat aksi yang bisa mengganggu ketertiban umum,” imbuhnya.
Warga Tanam Pisang sebagai Bentuk Protes
Sebelumnya, puluhan warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Desa Terong Tawah (Formaster) menggelar aksi tanam pisang, Minggu, 20 April 2025 pagi. Aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap lambannya penanganan jalan yang telah rusak selama puluhan tahun.
Ketua Formaster, Agus Sueb Biantara menyebut aksi ini sebagai bentuk kekecewaan mendalam kepada Pemkab Lombok Barat dan Kepala Desa Terong Tawah.
“Sudah berkali-kali kami sampaikan langsung, tapi keluhan kami seperti angin lalu. Pemerintah tidak hadir, kepala desa pun tutup mata,” ungkap Agus.
Ia menyoroti minimnya koordinasi dari Pemkab Lombok Barat. Hingga kini, belum ada pihak pemerintah yang turun langsung mengecek kondisi jalan. Bahkan, aksi perbaikan tak kunjung terlihat, meski kondisi jalan kian memprihatinkan.
“Pemkab Lombok Barat hanya menonton lewat tayangan viral. Camat Labuapi diam dan kades kami enggan mengajukan surat ke Dinas PUTR. Ini sikap apatis yang tidak bisa ditolerir,” tukasnya.
Jalan yang rusak tersebut berada di wilayah strategis dan menjadi jalur alternatif penting. Namun ironisnya, sudah bertahun-tahun terabaikan tanpa perhatian serius dari pemerintah. (*)