Daerah NTB

“Bank Sampah Bisa”, Unit Kolektif yang Aktif Berbagi dengan Nasabah

Mataram (NTB Satu) – Beberapa waktu lalu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB berhasil melaksanakan Gebyar Pilah Sampah yang merupakan inovasi untuk mewujudkan NTB Zero Waste dan NTB Zero Emission 2050. Acara tersebut turut mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi, termasuk Bank Sampah Bisa.

Bendahara Bank Sampah Bisa, Melia Hayuni mengatakan, Bank Sampah Bisa bergerak pada bidang pengelolaan sampah yang memiliki anggota dan nasabahnya tersendiri. Di Bank Sampah Bisa, nasabah mengumpulkan kresek, gelas, dan botol dengan sistem menabung. Bank Sampah Bisa membagi hasil tabungan sebanyak dua kali pertahun.

“Kami membagi hasil tabungan setiap bulan Maulid dan bulan Ramadan,” ujar Melia, Minggu, 26 Februari 2023.

Bank Sampah Bisa berdiri sejak tahun 2019. Hal tersebut diprakarsai karena melihat banyak sampah yang berserakan di dalam kampung. Melia kemudian mengajak para ibu untuk mengumpulkan kemudian memilah sampahnya.

Bank Sampah Bisa berdomisili Desa Telagawaru, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Sejak awal, pergerakan Bank Sampah Bisa disambut baik oleh warga sekitar. Pada awalnya, Bank Sampah Bisa beranggotakan empat orang. Karena ada permasalahan, kini tersisa hanya dua orang.

“Setelah mendapatkan pelatihan, kami telah bisa menghasilkan sandal dari kresek, kerajinan berbahan dasar kain perca, dan lain-lain. Kami menjual kerajinan mulai dari harga Rp25.000 hingga Rp35.000. Karena respons dari para pembeli sangat membahagiakan, hal tersebut kemudian memotivasi kami untuk terus menghasilkan produk yang makin variatif dan memiliki nilai guna yang tinggi,” jelas Melia.

Melia ingin mengajak berbagai masyarakat untuk memanfaatkan sampah agar memiliki nilai ekonomi. Ia berharap orang-orang mengetahui mengenai besaran manfaat dari sampah supaya tidak disia-siakan kembali.

Melia juga mengharapkan dapat bertemu dengan para pengelola sampah yang telah berhasil mengembangkan berbagai inovasi. Sebab, ia ingin menghasilkan kerajinan-kerajinan yang makin variatif. Melia sangat mendambakan perkembangan tsupaya menjadi lebih baik lagi.

“Keterlibatan Bank Sampah Bisa sebenarnya merupakan rekomendasi dari Badan Riset dan Inovasi Daerah NTB. Saya cukup senang ketika hadir di Gebyar Pilah Sampah. Sebab, dapat berkomunikasi dengan berbagai bank sampah lainnya yang ada di NTB,” tandas Melia.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.

Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.

“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.

Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.

Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.

“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button