Mataram (NTB Satu) – Seiring dengan perkembangan zaman, pertunjukan-pertunjukan teater makin banyak diproduksi, baik oleh sebuah rumah produksi atau komunitas dan ruang-ruang alternatif lainnya. Saat ini bahkan terdapat berbagai rumah-rumah produksi yang menciptakan pertunjukan teater dengan menggeret aktor dan aktris ternama Indonesia. Diketahui, harga tiket pertunjukan teater yang melibatkan aktor dan aktris ternama tersebut mencapai jutaan rupiah per satu kali menonton.
Lebih lanjut, lantaran masuk ke dalam sub-sektor bidang industri kreatif, pertunjukan teater kemudian mesti dilihat dari kacamata industri kreatif yang tentu menghasilkan benefit, tidak terbatas pada hal yang bersifat adiluhung atau pengkaryaan belaka.
Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti mengatakan, NTB memiliki enam sektor industrialisasi. Salah satunya adalah sektor industri kreatif. Dalam sektor industri kreatif, seiring dengan perkembangan zaman, kemudian terdapat 18 sub-sektor industri kreatif, salah duanya ialah seni pertunjukan termasuk teater dan perfilman.
Oleh karena itu, Nuryanti siap mendukung sejumlah agenda untuk memajukan dua sub-sektor bidang industri kreatif tersebut.
“Dari kacamata industri kreatif, dunia teater kemungkinan besar akan cenderung sama dengan dunia perfilman. Artinya, pertunjukan teater dapat menjadi sarana sosialiasi bidang industrialisasi tentang cara menumbuhkan rasa cinta terhadap produk-produk asal daerah sendiri,” ungkap Nuryanti, Selasa, 18 Oktober 2022.
Lebih lanjut, Nuryanti memaparkan, apabila seniman-seniman teater juga dapat terlibat untuk menggarap pertunjukan legenda Putri Mandalika, ia memastikan banyak orang akan jauh lebih tertarik kepada sejarah NTB, dan akan membuat orang-orang rela membeli tiket untuk menonton atau menjadi bagian dari pertunjukan. Karena itulah ia menyatakan bahwa momentum MotoGP dapat dimanfaatkan oleh seniman-seniman teater untuk menyuguhkan pertunjukan mengenai legenda Putri Mandalika.
“Mungkin bisa dihelat setelah hari terakhir MotoGP, saat-saat pengunjung lelah dan membutuhkan hiburan lain selain balapan. Mari sama-sama diagendakan, menurut saya hal tersebut akan ikonik,” ujar Nuryanti.
Bagi Nuryanti, komunitas-komunitas teater perlu diajak untuk makin dekat dengan tren digitalisasi. Menurutnya, narasi-narasi dalam pertunjukan teater kemungkinan dapat diolah menjadi aplikasi gim yang akan melatih daya berpikir masyarakat. Walaupun tetap memiliki pakem tertentu, Nuryanti menekankan bahwa peluang untuk mendigitalisasi teater cukup terbuka.
“Saya sangat berharap terdapat seniman teater yang bersedia menggarap cerita dan skenario perihal perjalanan industrialiasi NTB. Kami pasti akan turut mendukung hal tersebut, termasuk operasional dan lain-lain,” pungkas Nuryanti. (GSR)