Event

“Anamana”, Kritik atas Cara Hidup Manusia dalam Kelola Alam

Mataram (NTBSatu) – Insomnia Theater Movement menggelar pertunjukan teater ‘Anamana’ pada Rabu, 2 Oktober 2024 lalu di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya NTB. Ratusan penonton memadati gedung pertunjukan sesaat sebelum pementasan terlaksana.

Anamana menghadirkan aktris yang menumbuk padi, aktor yang berusaha menjaga air dalam ember yang terletak di atas kepala agar tidak jatuh, dan bebunyian yang membuat badan bergidik. Serta, laku politik praktis yang cenderung tidak berpihak kepada masyarakat sipil yang pada akhirnya hanya menyisakan kekacauan.

Sutradara Anamana, Indra Saputra Lesmana mengatakan, pihaknya menggarap pertunjukan itu sebagai kritik terhadap cara hidup manusia yang tidak baik dalam mengelola alam. Ia menceritakan, ide mengenai pertunjukan Anamana muncul pada tahun 2023 lalu.

IKLAN

Ide itu tercipta kala Indra melihat kampung halamannya, Plampang, Sumbawa yang mulai terkena banjir bandang. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, Plampang tidak pernah mengalami banjir bandang. Kemudian, Indra mencoba untuk mencari penyebab dari terjadinya banjir bandang di daerah tersebut.

“Ternyata, penyebabnya ialah banyak hutan yang terbabat oleh sejumlah petani guna menanam jagung. Pada akhirnya, karena hutan yang rusak mengakibatkan perubahan iklim, petani mengalami gagal panen, terutama tanaman padi yang terletak di wilayah tadah hujan,” ucap Indra, Sabtu, 5 Oktober 2024.

Menurut cerita Indra, para petani di Plampang biasanya berhasil memanen 40-50 karung padi dalam setahun. Kemudian, setelah terjadinya banjir bandang dan perubahan iklim, para petani hanya berhasil memanen delapan hingga sepuluh karung dalam setahun.

IKLAN

Atas perubahan iklim tersebut, para petani akhirnya terpaksa mengganti jenis tanaman, dari padi berganti menjadi jagung. Karena kelimpahan jumlah panen jagung, harga dari tanaman itu pun mulai merosot, sehingga merugikan para petani.

Akan tetapi, dari peristiwa pembabatan hutan, masyarakat Sumbawa, khususnya Plampang, memiliki kesadaran untuk tetap berbuat baik kepada alam. Meskipun, menggunakan pendekatan yang bersifat mistis.

“Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ada beberapa golongan masyarakat yang tidak memercayai hal-hal mistis, sehingga merasa boleh membabat hutan dan merusak alam,” jelas Indra.

Atas dasar itu, Indra kemudian mencoba untuk melihat kembali kebiasaan lama dan baru masyarakat Sumbawa untuk menjadi bahan riset pertunjukan teater Anamana. Maka, dalam Anamana, Indra memilih untuk menghadirkan kritikan atas cara hidup manusia yang tidak lagi baik dalam mengelola alam.

“Anamana” dan Perkara Estetika

Menyinggung soal bentuk pertunjukan, Indra lebih memilih untuk menyebut Anamana sebagai pertunjukan teater tubuh. Sebab, alih-alih mentransformasi kebiasaan masyarakat Sumbawa ke dalam teks, Indra memilih untuk menghadirkan tubuh-tubuh masyarakat Sumbawa ke dalam panggung pertunjukan.

Lebih lanjut, Indra mengakui, tidak pernah membayangkan wacana estetika tertentu dalam pertunjukan Anamana. Sebab, ia dan Insomnia Theater Movement menemukan wacana estetika untuk pertunjukan Anamana seiring berproses.

“Dalam pertunjukan Anamana, wacana estetika bukanlah hal yang utama. Kami lebih memilih untuk menggarap isu yang melekat pada masyarakat Sumbawa ke dalam bentuk pertunjukan yang utuh,” pengakuan dari Indra.

Tindakan untuk tidak menjadikan wacana estetika sebagai hal yang utama muncul lantaran ketidakinginan Indra terperangkap dalam bentuk-bentuk tertentu.

Pada pertunjukan Anamana, terdapat adegan ibu-ibu yang menari, menumbuk padi, memainkan rantok, dan menyucikan seseorang yang hendak terjun dalam dunia politik. Ibu-ibu ini berasal dari Plampang.

Motif penghadiran ibu-ibu asli Plampang itu untuk menujukkan kepada para penonton kebiasaan-kebiasaan masyarakat Sumbawa. Dari situ, Indra hendak menghadirkan sebuah adegan yang memuat pengalaman ketubuhan asli dari kebiasaan masyarakat Sumbawa kepada para penonton.

Ke depannya, Insomnia Theater Movement akan menggarap pertunjukan Anamana sebagai proyek panjang. Pada tahun yang akan datang, Anamana akan terpentaskan lagi di beberapa lokasi.

“Kami berencana untuk keliling dari satu lokasi ke lokasi yang lain,” tandas Indra. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button