Mataram (NTB Satu) – Harga produksi jagung di NTB sedang menjadi sorotan karena terjadi tren penurunan harga sejak beberapa pekan terakhir. Awalnya banyak petani yang menggantungkan harapannya pada pertanian jagung karena harganya yang cukup bagus, mengalahkan harga komoditas lain.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB Muhammad Riadi, M.Ec. Dev mengatakan, harga jagung yang terus terjadi tren penurunan mengkhawatirkan Pemprov NTB lantaran akan menimbulkan gejolak di kalangan petani.
“Petani di tahun 2021 mulai menikmati harga Rp 5.200 per kilo, kemudian sekarang bergerak turun menjadi 4.300. Itu kan sesuatu yang sangat mengkhawatirkan dan itu dianggap rugi, meskipun harga acuan pemerintah Rp 3.150 ribu, namun di sisi lain biaya produksinya terus meningkat,” kata Muhammad Riadi Senin 16 Mei 2022.
Ia mengatakan, luas areal penanaman jagung di NTB sekitar 243 ribu hektare dan berpotensi akan bertambah, karena secara umum komoditas jagung dinilai lebih menguntungkan daripada komoditas kedelai, dan kacang-kacangan lainnya. Namun saat ini, konsumen jagung memang sedang terbatas, sementara produksi terus meningkat.
Para suplayer atau gudang-gudang perusahaan yang biasa membeli jagung petani saat ini sudah penuh. Di sisi lain, pabrik pakan ternak yang membeli jagung dari gudang-gudang petani sudah melakukan pembelian dari bulan-bulan sebelumnya, sehingga saat ini banyak yang tidak melakukan penyerapan. Dampaknya adalah para suplayer yang biasa membeli jagung di petani juga melakukan pengereman.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan oleh Pemprov NTB kata Riadi yaitu meminta bantuan dari pemerintah pusat agar produksi jagung dari NTB bisa dilakukan ekspor ke mancanegara. Dalam hal ini Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah sudah berkomunikasi dengan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan agar NTB dibantu dalam hal ekspor produksi jagung tersebut.
“Alhamdullah Pak Gubernur kemarin langsung komunikasi dengan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan agar dibuka keran ekspor khusus dari kita di NTB. Karena kalau tidak, kerugian petani tak bisa kita bayangkan. Penen terus namun serapan sedikit, harganya hancur,” ujar Riadi.
PT. Seger Agro Nusantara sebagai perusahaan eksportir dengan difasilitasi oleh pemerintah pusat rencananya akan mengirim 50 ribu ton jagung asal NTB ke Filipina, sehingga gudang-gudang pembelian di daerah menjadi kosong. Gudang yang kosong akan berdampak positif terhadap lancarnya penyerapan jagung di tingkat petani dan diharapkan kondisi tersebut akan membuat harga menjadi lebih stabil.
Produksi jagung dari NTB memang sangat bergantung dari konsumen luar daerah atau luar negeri, karena konsumen lokal sangat terbatas. Produksi jagung NTB hingga April 2022 sebanyak 1,4 juta ton. Jika petani kembali menanam jagung sampai akhir tahun ini, diproyeksikan angka produksi jagung NTB tembus 2 juta ton. Dengan demikian, lancarnya pasar di luar daerah sangat diharapkan untuk menstabilkan harga jagung di NTB. (ZSF)