Dua Event Pariwisata Kota Mataram Terselamatkan Jelang Akhir Tahun
Mataram (NTBSatu) – Menjelang akhir tahun, Dinas Pariwisata Kota Mataram memastikan, masih ada dua event yang tetap digelar sebagai penutup tahun 2025.
Dua agenda yang terselamatkan tersebut adalah Festival Film Kota Mataram dan Sunrise to Sunset. Pelaksanaannya pada akhir November hingga awal Desember 2025.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Cahya Samudra mengatakan, dua event ini menjadi momentum terakhir untuk mendorong sektor pariwisata sebelum tahun anggaran berakhir.
“Masih ada dua kegiatan yang akan kita laksanakan, yaitu Festival Film dan Sunrise to Sunset. Keduanya digelar di akhir November dan awal Desember,” ujar Cahya, Selasa, 4 November 2025.
Sebelumnya, dinas juga telah merencanakan Festival Sunrise to Sunset sebagai agenda penguat pariwisata pasca-perhelatan MotoGP Mandalika. Tujuannya, agar tidak terjadi kekosongan event wisata di Kota Mataram.
Festival tersebut dijadwalkan berlangsung pada akhir November 2025 dan rencananya di dua lokasi sekaligus, yakni Taman Wisata Rakyat Loang Baloq dan kawasan Eks Pelabuhan Ampenan.
“Kegiatan ini untuk menjaga momentum pariwisata setelah event besar seperti MotoGP, agar geliat wisata di Mataram tetap berlanjut,” kata Cahya.
Pelaksanaan Sunrise to Sunset di penghujung tahun akan tetap berfokus di Taman Loang Baloq, berlangsung seharian penuh dari pukul 07.00 hingga 22.00 Wita. Acara ini akan menampilkan musisi lokal serta pertunjukan seni tradisional.
“Tujuannya agar pengunjung bisa menikmati suasana pantai dan hiburan dalam satu rangkaian. Kita ingin Loang Baloq tetap menjadi magnet wisata,” ujarnya.
Kota Mataram Jadi Tujuan Wisatawan Nusantara Tertinggi di NTB
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB 2025, Kota Mataram tercatat sebagai daerah tujuan perjalanan wisatawan nusantara tertinggi di NTB, dengan porsi kunjungan mencapai 22,7 persen. Angka ini menunjukkan Mataram masih menjadi pusat pergerakan wisata dan aktivitas budaya di Provinsi NTB.
Sementara itu, Festival Film Kota Mataram sebagai ruang apresiasi dan panggung bagi sineas lokal. Pada penyelenggaraan tahun sebelumnya, sebanyak 15 film berkompetisi dan “Perempuan Sasak Terakhir” terpilih sebagai film terbaik.
Cahya berharap, festival ini mendorong sineas muda semakin berani mengeksplorasi nilai budaya lokal dalam karya mereka. “Festival film ini bukan hanya ajang tontonan, tetapi penghargaan bagi pelaku ekonomi kreatif. Kita ingin mereka terus mendapat ruang dan perhatian,” tegasnya.
Festival Film Kota Mataram yang pertama kali berlangsung pada 2024 mendapat respons positif, sehingga pihaknya berkomitmen menjadikannya agenda rutin tahunan.
“Kami ingin karya anak muda Mataram terus tampil. Ini bagian dari upaya membesarkan ekosistem industri kreatif daerah,” tutup Cahya. (*)



