MotoGP Mandalika 2025 Terancam Sepi Penonton, Ini Kemungkinan Penyebabnya

Mataram (NTBSatu) – Gelaran MotoGP Indonesia 2025 di Sirkuit Pertamina Mandalika pada tanggal 3–5 Oktober, menghadapi tantangan berat karena terancam sepi penonton.
Penjualan tiket baru mencapai sekitar 30 persen dari target 121 ribu kursi yang ditetapkan Mandalika Grand Prix Association (MGPA). Penjualan tersebut memperlihatkan animo penonton tidak sekuat musim lalu.
Penjabat Sekda NTB, Lalu Moh. Faozal menegaskan, pentingnya kerja ekstra agar animo penonton bisa meningkat.
“Kita harus bekerja lebih keras untuk mengoptimalkan penjualan tiket. Agar jumlah penonton minimal sama dengan tahun 2024,” kata Faozal dalam rapar koordinasi lintas sektoral, Rabu, 17 September 2025.
Selain penjualan tiket yang tersendat, sejumlah faktor lain juga ikut melemahkan daya tarik MotoGP Mandalika.
Berikut NTBSatu merangkum lima faktor yang kemungkinan memicu turunnya minat penonton MotoGP Mandalika 2025:
1. Harga Tiket dan Biaya Perjalanan Terlalu Tinggi
Sebagian besar penonton berpendapat harga tiket MotoGP Mandalika terlalu memberatkan. Ungkapan kritik influencer asing, Muhammad Denham mengenai sepinya penonton MotoGP mendorong isu ini semakin ramai dibicarakan.
Di kolom komentar unggahan Denham, banyak warganet menyebut biaya menuju Lombok terlalu besar. Penonton perlu membeli tiket pesawat, membayar hotel, dan menyiapkan tiket balapan.
“Mandalika terletak tidak di center island (tengah pulau, red) dan untuk ke sana memerlukan uang yang cukup banyak, untuk tiket pesawat, hotel, dan tiket nonton. Beda cerita kalau sirkuitnya berada di Java Island (Pulau Jawa, red) bro,” komentar akun @olivkuy_.
2. Tarif Hotel Melonjak
Menjelang balapan, sejumlah hotel justru menaikkan tarif secara tidak wajar sehingga penonton merasa terbebani.
Faozal menekankan, pentingnya pengawasan terhadap praktik kenaikan harga hotel yang tidak rasional menjelang hari balapan.
“Pemantauan terhadap rate (tarif, red) hotel dan paket-paket yang tidak rasional harus diperketat. Ini isu penting bagi kenyamanan tamu dan penonton,” tegas Pj. Sekda NTB, Lalu Moh. Faozal
3. Koordinasi Penyelenggara dengan Pelaku Pariwisata Lemah
Kurangnya komunikasi antara penyelenggara dengan pihak pariwisata lokal juga menjadi sorotan. Ketua PHRI NTB, Ni Ketut Wolini menilai koordinasi dengan stakeholder masih minim.
Ia menyebut, InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola kawasan Mandalika jarang melibatkan pihak pariwisata dalam rapat maupun diskusi penting.
“Menjelang satu bulan baru ada rapat koordinasi. Sejak ada MotoGP kami dari PHRI tidak pernah diajak duduk bersama. Padahal untuk memajukan NTB, bahkan Indonesia, perlu komunikasi dan sinergi,” ujar Wolini, Selasa, 23 September 2025.
4. Promosi Lokal Kurang Masif
Promosi MotoGP Mandalika di level daerah tidak terlihat maksimal, meskipun ada diskon 50 persen bagi pemegang KTP NTB.
Wolini mengungkapkan, promosi di Kota Mataram masih sangat terbatas sehingga masyarakat lokal kurang mendapatkan informasi.
“Sekarang di Kota Mataram saja tidak ada satu baliho pun untuk promosi. Masyarakat lokal saja belum tentu tahu ada MotoGP,” sindirnya.
5. Bersamaan dengan Formula 1 Singapura
MotoGP Mandalika 2025 berlangsung bersamaan dengan Formula 1 Singapura, tepat pada 3–5 Oktober. Kedua balapan tersebut sama-sama masuk sebagai seri ke-18 di musim masing-masing.
Kondisi ini membuat sebagian penggemar olahraga otomotif harus memilih salah satu event. Faozal membenarkan kondisi tersebut dan menegaskan, bentroknya jadwal dengan F1 menjadi tantangan besar bagi penyelenggara MotoGP Mandalika.
Sepinya minat menonton MotoGP Mandalika 2025 tidak hanya mengenai penjualan tiket yang rendah. Harga tinggi, lonjakan tarif hotel, lemahnya koordinasi, minimnya promosi, serta persaingan dengan Formula 1 Singapura menjadi faktor utama. (*)