Rempeyek Rumput Laut ala Inaq Alfa di Mandalika, Camilan Khas yang Tembus Pasar Global

Mataram (NTBSatu) — Baiq Fatma, yang lebih dikenal dengan sapaan Inaq Alfa, pemilik usaha jajanan kering tradisional di Dusun Merendeng, Desa Kuta, Mandalika, terus berinovasi sambil menjaga cita rasa khas kuliner lokal.
Berbekal pendidikan S1 Agribisnis dari Universitas Mataram (Unram), ia menciptakan produk unggulan yang unik, yaitu Rempeyek Rumput Laut.
Inovasi ini memadukan resep tradisional peyek dengan rumput laut sebagai bahan tambahan, menghasilkan tekstur renyah, rasa gurih, dan tampilan menarik.
“Kami mencoba menggunakan rumput laut agar rempeyek ini punya keunikan dan kualitas lebih baik. Hasilnya memuaskan, ada glowing-glowing-nya gitu, kayak habis pakai skincare,” candanya pada NTBSatu, saat ditemui di tempat produksinya, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Bahan baku rumput laut ia beli dari petani di Gerupuk dengan harga Rp5 ribu per kilogram, lalu direndam hingga segar sebelum dicampur dalam adonan.
Produk ini diminati tidak hanya di Mandalika dan NTB, tetapi juga telah menembus pasar nasional dan internasional, termasuk ke Kanada, Amerika Serikat, dan Spanyol.
Sejak berdiri pada 2018, usahanya juga memproduksi camilan tradisional lain seperti peyek kacang, kuping gajah, jaje bawang, elak-elak, dan bolu.

Setiap pesanan rempeyek bisa mencapai 10–15 ember dengan harga Rp250 ribu per ember, sementara produksi bolu bisa mencapai 50 loyang dengan harga Rp35 ribu per mika.
Omzetnya saat musim puncak dapat mencapai Rp14–15 juta, dan rata-rata bulanan berada di kisaran Rp5–6 juta, dengan penjualan stabil sepanjang tahun.
Inaq Alfa juga dikenal memproduksi nampan rebusan, berisi jagung, singkong, pisang, ubi, kacang kedelai, dan sayuran segar, yang menjadi menu favorit di berbagai acara resmi dan hotel di Mandalika.
Sejak tahun 2022 hingga saat ini, Inaq Alfa menjadi bagian dari kloter pertama UMKM binaan ITDC.
Ia mendapat berbagai dukungan mulai dari kesempatan mengikuti pameran, pelatihan kewirausahaan, pengemasan produk, hingga bantuan peralatan memasak.
Dukungan ini membuat produknya semakin dikenal luas dan mampu bersaing di pasar yang lebih besar.
“Harapan saya, camilan tradisional Mandalika bisa semakin dikenal luas dan membawa nama baik daerah hingga mancanegara,” katanya penuh semangat.
Potensi Ekonomi Lokal yang Terus Tumbuh
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika telah memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi di Lombok Tengah.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin mencapai 145.370 jiwa, dan pada tahun 2024 turun menjadi 129.470 jiwa.
Peningkatan peluang kerja juga terlihat jelas, dari 287.308 tenaga kerja pada 2016 menjadi 602.084 pada 2023.
Pariwisata pun berkembang pesat. Kunjungan wisatawan di KEK Mandalika naik signifikan, dari 41.156 orang pada 2021 menjadi 91.292 orang pada 2023.

Pertumbuhan ini membuka peluang besar bagi masyarakat lokal untuk berinovasi dalam berbagai bidang, termasuk kuliner khas Lombok.
Lewat dukungan promosi dan pengembangan produk unggulan seperti rempeyek rumput laut ala Inaq Alfa, Mandalika berpotensi menjadi salah satu pusat kuliner ikonik di Indonesia.
Ke depan, diharapkan semakin banyak pelaku UMKM yang dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengembangkan produk lokal, memperluas pasar, dan berkontribusi pada citra positif Mandalika sebagai destinasi wisata kelas dunia. (*)