Mataram (NTB Satu) – Bahasa Sasak menjadi salah satu bahasa daerah yang masuk dalam status kemunduran. Hal ini berdasarkan hasil kajian vitalitas bahasa daerah dari Kantor Bahasa Provinsi NTB pada 2022 lalu.
Hasil kajian tersebut juga menyampaikan penyebab bahasa Sasak masuk dalam status kemunduran. Mulai dari sikap masyarakat yang kurang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi sehari-hari. Serta, dari lingkungan keluarga yang tidak mengajarkan atau tidak melakukan komunikasi pertama dengan anaknya menggunakan bahasa daerah.
Kepala Sekolah English First (EF) Lombok, Lilik menyampaikan, pengenalan bahasa daerah kepada anak-anak adalah hal wajib. “Agar anak-anak bisa mengenal, mengetahui, dan mengingat budayanya sendiri,” ungkapnya saat kegiatan EF Life Club, Selasa, 16 Mei 2023.
EF Lombok pun, kata Lilik, mewadahi para siswa yang belajar di EF untuk mengenal bahasa Sasak. Seperti, mengadakan EF Life Club yang bertemakan tradisi dan budaya Sasak pada bulan Mei ini.
“Sejauh-jauhnya kita sebagai bagian dari masyarakat global, kita tidak boleh lupa kalau kita orang Indonesia dan aslinya dari mana. Walaupun di luar harus berkompetisi secara internasional dengan berbahasa Inggris, tetapi tetap bahasa Indonesia nomor satu. Serta, perlu mengingat asal budaya kita, sehingga bisa melestarikannya,” jelas Lilik.
Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu guru senior di EF Lombok, Andika. Ia menyampaikan, meskipun belajar bahasa Inggris, menguasai bahasa asing, tetapi tetap bisa melestarikan bahasa daerah.
“Jadi kami berusaha agar para siswa tidak lupa dengan budaya mereka. Memang dari 12 siswa yang ikut, hanya 8 siswa yang mengerti, sisanya tidak. Ini mungkin karena di rumahnya menggunakan bahasa Indonesia dan tontonan mereka juga berbahasa Inggris,” tambah Andika.
Andika berharap, adanya EF Life Club bertemakan tradisi dan budaya Sasak, membuat siswa yang belajar di EF bisa melestarikan kedepannya.
“Beberapa kosakata dalam bahasa Sasak ada yang belum terbiasa, tetapi mereka sudah mengenalnya dalam bahasa Inggris. Tantangannya di situ dan kami harap mereka bisa berbahasa Inggris sebagai komunitas global. Serta, sebagai orang Lombok, suku Sasak, bisa melestarikan budaya dan bahasanya,” tutupnya.
EF Life Club yang bertemakan tradisi dan budaya Sasak ini memiliki tiga kegiatan. Pertama, belajar berbelanja dengan bahasa Sasak, kedua, belajar berhitung dalam bahasa Sasak. Terakhir, belajar untuk saling mengenal dengan bahasa Sasak. (JEF)
Lihat juga:
- Pemprov NTB Salurkan Ratusan Hewan Kurban
- Hotman Paris Kritik KPK Soal Surat Edaran Pengusutan Korupsi di BUMN
- Harga Emas Antam Turun, Peluang Menarik untuk Investasi di Tengah Libur Iduladha
- 15 Ide Olahan Daging Kurban Anti Mainstream yang Bikin Hidangan Lebaran Makin Istimewa
- Kurban Tak Seramai Dulu, Ekonomi Sulit Jadi Biang Kerok
- Nilai Pasar Timnas Indonesia Tembus Rp594,89 Miliar, Siapa Pemain Paling Mahal?