Mataram (NTBSatu) – Tim Bapeltanbun NTB menghadiri sekolah lapang (SL) di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Selasa, 22 Oktober 2024.
Sekolah lapang ini untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanaman tembakau di kelompok tani Subak Bedugul. Kali ini memasuk pembelajaran yang kesembilan.
Sejumlah petani dan lokal mengikuti pelatihan ini dengan antusias tinggi.
Kegiatan ini dihadiri para petani lokal yang antusias untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tembakau.
Pada pembelajaran kali ini, Tim Bapeltanbun yang terdiri dari widyaiswara dan penyuluh pertanian memimpin sesi praktek pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).
“PGPR merupakan teknologi ramah lingkungan yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan memanfaatkan mikroba tanah,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Ir. Muhammad Taufieq Hidayat.
Para peserta, sambungnya, mendapat pelajaran langkah-langkah pembuatan PGPR menggunakan bahan-bahan alami yang mudah mereka akses.
Proses berjalan dengan pengumpulan serasah akar bambu, yang direndam selama 2 hingga 4 hari. Selain akar bambu, bahan lain yang mereka gunakan termasuk 200 gram gula sebagai sumber glukosa. Kemudian, 100 gram terasi alami yang kaya protein, satu setengah kilogram dedak halus, 15 liter air bersih, dan satu sendok teh kapur mati.
Setelah memasak dan mendinginkan semua bahan, kemudian mereka campurkan dengan biang bakteri.
Langkah selanjutnya adalah, memasukan campuran bahan tersebut ke dalam jerigen dan melakukan fermentasi selama sekitar 14 hari.
“Selama proses fermentasi, akan muncul aroma khas bakteri yang menandakan bahwa PGPR sedang dalam produksi,” jelasnya.
PGPR memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi pertanian. Selain sebagai bioprotectant yang menekan perkembangan penyakit, PGPR juga berperan sebagai biostimulant. Dengan menghasilkan hormon pertumbuhan dan sebagai biofertilizer yang meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.
“Sumber PGPR yang efektif dapat diambil dari akar rumput-rumputan, putri malu, dan akar bambu yang tumbuh subur tanpa terserang hama atau penyakit,” ujarnya. (*)