ADVERTORIALDaerah NTB

7 Finalisasi Master Plan Pengembangan Peternakan di NTB

Mataram (NTBSatu) – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, mencatat tujuh finalisasi master plan pengembangan peternakan.

Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda NTB, Iskandar Zulkarnain mengatakan, upaya optimalisasi populasi, produksi dan produktivitas ternak ruminansia dan unggas untuk bertujuan guna meningkatkan kesejahteraan peternak.

“Maka dari itu, diperlukan master plan sebagai pedoman penyusunan anggaran dan pelaksanaan kegiatan pada sektor peternakan,” ujar Iskandar.

Pertama, pada master plan pengembangan peternakan, tertulis pakan menjadi dasar dari usaha peternakan. Sehingga perlu ada upaya nyata dalam menghasilkan pakan yang berkualitas dan terjangkau.

Kedua, kotoran ternak berkontribusi terhadap gas metan yang dihasilkan. Oleh karenanya, perlu peta jalan yang konkrit untuk upaya mitigasi.

Ketiga, terkait transformasi ekonomi pada sektor non-tambang yang perlu ditingkatkan. Peternakan harus memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat.

Selanjutnya, pemerintah akan mencanangkan industrialiasi, di mana peternakan menjadi salah satu sektor unggulan bagi Provinsi NTB.

Kelima, melakukan replikasi korporasi yang telah ada di masyarakat. Sehingga populasi, produksi dan produktivitas ternak dapat terwujud dengan gemilang.

Keenam, perlu adanya pengembangan kolaborasi multi pihak pemerintah, swasta dan masyarakat agar sektor peternakan. Tujuannya, agar mengalami perkembangan yang lebih progresif.

Terakhir, regulasi yang membatasi berkembangnya sektor peternakan. Menurutnya, perlu adanya peninjauan kembali dan segera melakukan revisi.

NTB punya potensi besar soal peternakan

Salah satu tim dalam finalisasi Master Plan Pengembangan Peternakan dari Universitas Mataram, Prof. Dahlan, menyebut peternakan di NTB memiliki potensi besar yang amat menjanjikan di masa depan.

Mulai dari jumlah populuasi Sapi Potong dan kerbau yang menempati urutan ke empat nasional. Populasi kuda berada pada posisi ketiga nasional setelah Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.

“Bahkan ayam dan itik memiliki prospek yang sangat baik, karena memiliki keunikan dengan adanya kuliner “ayam taliwang” yang menjadi salah satu makanan unggulan dalam pengembangan pariwisata,” ungkap Prof. Dahlan.

Selain itu, ternak itik pun menempati urutan ke-13 nasional, lantaran permintaan daging itik cendrung semakin tinggi.

Prof. Dahlan menyebut, permintaan akan daging itik cendrung mengalami peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan potret tingginya potensi dan permintaan akan daging itik tersebut, maka sudah selayaknya itik menjadi komoditas unggulan selain sapi, kerbau, kambing dan ayam kampung.

Kendati demikian, ia menilai permasalahan yang dalam pengembangan ternak ruminansia dan unggas di NTB ialah belum optimalnya populasi, produktivitas, mutu dan keamanan produk ternak, serta iklim usaha peternakan yang belum kondusif.

Di sisi lain, konsumsi daging dan telur bagi masyarakat terus mengalami peningkatan.

Tingginya kebutuhan daging dan telur memberikan ruang bagi peternak Provinsi NTB untuk mengembangkan ternak penghasil daging dan telur.

“Sudah sewajarnya peternakan menjadi sektor yang perlu mendapatkan atensi lebih dari pemerintah,” pungkas Prof. Dahlan. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button