Daerah NTB

Profil Ponpes Al Aziziyah yang Jadi Sorotan Usai Santriwatinya Meninggal

Mataram (NTBSatu) – Pondok Pesantren atau Ponpes Al Aziziyah, Lombok Barat menjadi sorotan, usai salah satu santriwatinya, Nurul Izzati meninggal dunia.

Nurul menghembuskan nafas terkahirnya pada tanggal 29 Juni 2024, setelah menjalani perawatan intensif di RSUD dr. Soedjono Selong, selama 16 hari. Ia diduga menjadi korban penganiayaan tiga orang santriwati yang merupakan temannya.

Kabarnya, perempuan asal NTT itu mendapat pukulan hingga mengalami luka berat. Seorang temannya tersebut memukul dengan kayu pada bagian pundak sebelah kanan, dua orang lainnya menggunakan sajadah ke bagian mata.

Bekas pukulan itu masih terlihat pada tubuh korban, yang menyebabkan mata kirinya bengkak, mata kanan memar. Serta, bagian kepala kanan benjol.

Hingga saat ini, pihak kepolisian Polresta Mataram masih menyelidiki dugaan penganiayaan tersebut. Terbaru, sebanyak 10 orang saksi telah menjalani pemeriksaan di Gedung Unit Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram, Jumat, 12 Juli 2024.

Lantas, bagaimanakah profil dari Ponpes Al Aziziyah yang menjadi tempat Nurul menuntun ilmu?

Mengenal Ponpes Al Aziziyah

Bangunan Ponpes yang berada di Jalan TGH. Umar Abdul Aziz, Gunungsari, Lombok Barat. Foto: Dok Ponpes Al Aziziyah

Ponpes Al Aziziyah yang berada di Gunungsari, Lombok Barat ini berdiri pada tanggal 3 November 1985. Keberadaannya tak terlepas dari sosok ulama kharismatik, yakni Alm. TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz.

Ia mendirikan Ponpes ini, setelah selesai belajar di Makah, Arab Saudi tahun 1985. Nama Al Aziziyah berasal dari nama kakek beliau, yaitu TGH. Abdul Aziz yang merupakan seorang ulama disegani waktu itu.

Mengutip dari laman resmi Ponpes, pesantren ini berawal dari sebuah kelompok pengajian Masjid Usissa Alattaqwa. Masjid tersebut berjarak 300 meter dari lokasi pesantren saat ini.

Kelompok pengajian tersebut hanya untuk tahfiz Al-Qur’an. Setelah berdiri, Ponpes Al Aziziyah tetap menjadi kawah candradrimuka mencetak penghafal Al-Qu’ran.

Seiring berjalan waktu, para pimpinan pondok pun membuka Madrasah Tranawiyah dan Aliyah. Pengajian yang berfokus pada hafala Al-Qur’an tetap terlaksana dengan wadah sendiri, Madrasah Qu’ran Wal Hadis (MQWH).

Bahkan, sekarang telah memberikan layanan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Jadi Ponpes terbesar di Lombok Barat, dengan bangunan hingga empat tingkatan dan masjid tiga lantai.

Mereka juga kerap memenangkan lomba tingkat nasional dan menjadi barometer pemerintah NTB untuk mengirimkan wakilnya dalam lomba tahfidz dan tafsir Al-Qur’an.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button