Ekonomi Bisnis

Kelompok Milenial Usia 30 Tahun ke Bawah Dominasi Pasar Modal NTB

Mataram (NTBSatu) – Mayoritas investor pasar modal di NTB berasal dari kalangan mahasiswa. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan NTB, Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana.

Ia menyebut kalangan muda atau kelompok milenial berusia 30 tahun kebawah mendominasi pasar modal NTB, dengan latar belakang yang cukup beragam, seperti pengusaha, pekerja swasta, hingga dikalangan Mahasiswa dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Total investor pasar modal di NTB mencapai 134.282 Single Investor Identification (SID) hingga 30 April 2024. Dari data kami paling banyak adalah Mahasiswa,” jelas Ngurah, Senin, 3 Juni 2024.

Dijelaskannya, mahasiswa notabenenya memilih berinvestasi di pasar modal, lantaran memang relatif menguntungkan karena likuiditas tinggi dan regulasi yang jelas. Namun, sebelum terjun untuk melakukan investasi, ia mengimbau agar masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang produk atau jenis investasi yang mereka pilih.

“Setiap imbal hasil yang tinggi tentu potensi risiko juga besar. Maka dari itu, masyarakat harus punya literasi keuangan yang baik dulu,” tukasnya.

Terpisah, Ketua Sasambo Investor Community (SIC), Lalu Jedi Muawari turut mengatakan, peranan generasi muda cukup vital dalam mendorong geliat pertumbuhan Investor dan transaksi di Pasar Modal.

SIC merupakan organisasi dibawah naungan Bursa Efek Indonesia NTB, yang rutin memberikan kegiatan edukasi baik secara langsung melalui seminar pasar modal atau konten di media sosial.

Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 12,78 juta pada akhir April 2024.

Dari sisi usia, investor pasar modal dirajai oleh masyarakat yang berusia 30 tahun ke bawah dengan proporsi 55,79 persen dan total aset senilai Rp51,60 triliun.

“Banyak kalangan muda, terutama Mahasiswa yang berinvestasi karena tertarik mendapatkan keuntungan lebih dari pasar modal,” ungkap Jedi.

Berita Terkini:

Secara garis besar, produk pasar modal dibagi menjadi tiga, yaitu saham, obligasi (surat utang), dan reksa dana. Dari sisi potensi keuntungan dan risiko yang ditawarkan juga beragam.

“Contohnya, keuntungan ketika investasi saham adalah mendapatkan capital gain atau ketika harga saham naik lebih tinggi dari saat investor membeli saham tersebut. Dan ada dividen atau pembagian laba perusahaan setiap tahun. Namun, risikonya tetap ada kalau sahamnya sedang turun,” terangnya.

Adapun tantangan terbesar generasi muda untuk menjadi seorang investor, kata Jedi adalah membedakan mana kebutuhan dan gaya hidup.

Anak muda yang cenderung mengutamakan gaya hidup dari pada kebutuhan pokok, alias memiliki perasaan fear of missing out (FOMO) dapat menimbulkan perasaan cemas atau takut akibat tidak mengikuti tren atau informasi baru, serta kecenderungan pemakaian media sosial yang saat ini lebih ke arah pamer (flexing) daripada menyebarkan informasi dan hal-hal positif.

Akibatnya, Penghasilan atau tujuan berinvestasi cenderung lebih dimanfaatkan untuk barang-barang konsumtif atau nilai ekonominya cenderung turun setiap tahunnya. Maka dari itu, penting memberikan literasi terkait investasi jangka panjang dan memilih skala prioritas.

“Terkadang, uang yang ada habis untuk mendahulukan gaya hidup. Padahal, jika dialokasikan untuk investasi yang tepat sedini mungkin generasi muda dapat mandiri secara finansial,” pungkasnya. (STA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button