“Para dokter di sana responsnya hanya oh Masya Allah, lalu lanjut kembali bekerja. Sesekali mereka juga tersenyum, seakan tidak terjadi apa-apa. Itulah yang membuat kami bisa menjalankan tugas selama 17 hari dan menangani 43 pasien di sana,” tutur dr. Fahmi.
Hanya saja, yang menjadi kendala medis di Gaza saat ini adalah logistik kesehatan yang belum terpenuhi, seperti obat-obatan, peralatan, air, makanan, solar dan kebutuhan dasar lainnya. Hal itu belum dapat terpenuhi akibat supply chain yang terbatas di Gaza, karena sangat tergantung donasi masyarakat luar.
“Pesan saya yang utama hanya satu kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga NTB, jangan lupakan Palestina karena mereka adalah saudara kita,” kata dr. Fahmi.
Untuk peduli terhadap Palestina tidak perlu menjadi seorang muslim, cukup menjadi manusia yang punya hati. Kalau manusia punya hati dan melihat langsung kondisi Palestina, setidaknya melihat lewat pemberitaan dan media sosial, pasti akan tergerak.
Kalau tidak bisa membantu langsung sebagai orang yang terjun di lapangan, setidaknya bantu dengan donasi. Donasi tidak punya, suarakan tetap kepedulian terhadap Palestina.
Berita Terkini:
- Polres Sumbawa Amankan 2 Kilogram Sabu, Tiga Terduga Pelaku Ditangkap
- Kontribusi NTB ke PDB Nasional Rp90,05 Triliun, Sektor Pariwisata dan Pertanian Harus Dioptimalkan
- Penyaluran KUR di NTB Capai Rp5,3 Triliun hingga November 2024
- Profil ANTV, Satu Grup dengan TVOne hingga PHK Massal di Akhir 2024
“Karena selama saya menjadi dokter, apa yang terjadi di Gaza itu lebih parah dengan kejadian dan pasien yang sering temui,” pungkas dr. Fahmi.
Sebagai informasi, dr. Fahmi Anshori yang menjadi salah satu relawan tim medis MER-C di Gaza merupakan dokter spesialis ortopedi dan traumatologi (bedah tulang) asal NTB. Ia juga termasuk anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Mataram.
Dirinya melayani pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Rumah Sakit Mandalika Provinsi NTB, dan Rumah Sakit Metro Medika. Serta, menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Dokter Fahmi juga pernah terlibat kegiatan kemanusian lain, yakni saat gempa Lombok 2018. Waktu itu, ia tergabung dalam tim bedah gabungan, yang terdiri dari lembaga kemanusiaan MER-C, PABOI Jaya (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi), dan Departemen Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo. (JEF)