Mataram (NTBSatu) – Penyair, Agus K Saputra merilis buku kumpulan puisi teranyarya, Pertemuan Kecil. Buku ini merupakan buku puisi ke-tujuh milik Agus.
Buku Pertemuan Kecil menggagas sebuah pertemuan antara para seniman lukis dan foto. Seniman lukis dan foto bertemu dalam rangkaian kata-kata, yaitu puisi.
Penulis, Jurnalis, dan Pegiat Teater, Kongso Sukoco mengatakan, Agus tidak pernah kehabisan gagasan dan inspirasi untuk menulis puisi. Sebagaimana penyair yang menulis puisi dari realitas pengalaman sehari-hari.
Selain mencoba hal baru dan berbeda, Kongso mengatakan Agus yang menterjemahkan karya seni rupa menjadi puisi adalah tantangan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam penulisan puisi.
“Ia mungkin juga ingin mengeksplorasi hubungan dan interaksi antara seni sastra dan seni rupa, yang keduanya merupakan bentuk ekspresi seni yang indah dan bermakna,” beber Kongso, Kamis, 18 April 2024.
Berita Terkini:
- Nahkodai DPW PAN NTB, Konsolidasi Jadi Misi Perdana LAZ
- HKB 2025 di NTB: BNPB Tebar Ribuan Bibit Pohon, Mitigasi Bahaya Tsunami Kota Mataram
- Prediksi Ilmiah Final El Clasico Copa Del Rey 2025, Benarkah Barca Lebih Unggul?
- Ahsanul Khalik: Mengabdi dengan Hati, Memimpin dengan Solusi
Kongso menilai bahwa transformasi atau proses penafsiran oleh Agus K Saputra dari pengalaman visual ke dimensi bahasa merupakan bentuk apresiasi seni yang unik. Ini mungkin dapat menjadi re-interpretasi ekspresi visual melalui kata-kata, melalui bahasa puisi.
“Manusia dapat meresapi perasaan dan emosi yang muncul saat melihat lukisan, dan melakukan re-kreatif sebuah ekspresi visual,” tandas Kongso.
Sementara itu, Agus K Saputra mengatakan, karya lukis kerap mengundang dirinya untuk menelisik lebih jauh serta memandangnya berlama-lama. Kemudian, karya lukis juga memantik untuk dinikmati dalam pikiran yang tidak berkesudahan, hingga berakhir menjadi sebuah narasi.
Karya lukis yang “dibesut” oleh Agus adalah karya lukis Soni Hendrawan (ada di dinding “padepokan” Rumah Barudak), Zaeni Mohammad (saat Pameran di Taman Budaya), Lalu Syaukani, Mantra Ardana, Imam Hujatjatul Islam dan S La Radek yang “berslieweran” di Facebook.
Apabila orang-orang berkomentar dengan kalimatnya masing-masing, maka Agus berkomentar melalui puisi.
“Sementara puisi dari karya foto, tidak ada bedanya dengan karya lukis. Ia berfungsi sebagai alat rekam sementara ketika menemukan inspirasi di suatu benda dan tempat,” tandas Agus. (GSR)