Mataram (NTBSatu) – Kabar mengejutkan datang dari salah satu stasiun televisi swasta, ANTV. Seorang karyawannya yang menggunakan akun TikTok @bapaknyafaby mengungkapkan, curahan hatinya terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal terhadap seluruh karyawan divisi produksi pada 18 Desember 2024.
Dalam unggahannya, @bapaknyafaby menjelaskan bahwa pihak Human Capital Development (HCD) mengumpulkan karyawan untuk memberikan informasi ini.
“Kami dikumpulkan oleh HCD untuk mendengar kabar tidak menyenangkan. Di mana seluruh divisi produksi di-PHK,” tuturnya.
Meski begitu, ia mengakui bahwa kenyataan pahit ini harus ia terima. “Siap? Jelas, tidak. Tapi kenyataan ini harus kami terima,” tambahnya.
Ia beserta rekan kerjanya juga menyampaikan ungkapan emosional tentang berakhirnya perjalanan mereka di ANTV.
“Tempat kami menggantungkan harapan ternyata harus berakhir sampai di sini. Ada yang sedih, ada juga yang mencoba semangat walaupun hati berduka,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada berpamitan salah satu stasion televisi tersebut. “Terima kasih ANTV, kami pamit,” pungkasnya.
Penyebab PHK Massal
Meski pihak manajemen ANTV belum memberikan pernyataan resmi, langkah ini diduga kuat sebagai buntut dari beban hutang perusahaan yang mencapai triliunan rupiah.
ANTV, yang merupakan bagian dari PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) memiliki total hutang Rp8,79 triliun kepada 12 kreditur.
Menurut laporan keuangan terakhir per 30 September 2023, pendapatan perusahaan milik Aburizal Bakrie ini turun drastis menjadi Rp906 miliar daripada Rp1,32 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Beban usaha yang lebih tinggi, mencapai Rp1,14 triliun, memperparah kondisi keuangan perusahaan. Akibatnya, VIVA mencatat kerugian sebesar Rp239 miliar pada kuartal III 2024.
Krisis ini juga tercermin di pasar modal. Saham VIVA sudah tidak diperdagangkan sejak Juli 2024 akibat pelanggaran regulasi. Termasuk gagal menyampaikan laporan keuangan audit untuk tahun 2023.
Reaksi Publik dan Tantangan Industri
Langkah PHK ini memengaruhi ratusan hingga ribuan karyawan, mulai dari divisi produksi hingga staf pendukung lainnya. Keputusan ini menuai berbagai reaksi dari masyarakat, mulai dari simpati hingga kritik terhadap manajemen perusahaan.
Banyak yang menyayangkan nasib para karyawan yang kehilangan mata pencaharian tanpa persiapan matang.
Netizen menilai, kasus ANTV ini menjadi cerminan beratnya persaingan di dunia pertelevisian Indonesia. Penurunan pendapatan iklan, serta dominasi platform digital, membuat televisi konvensional semakin sulit bertahan.
Mereka menyebut, industri televisi harus segera beradaptasi dengan perubahan perilaku penonton yang beralih ke platform digital. Jika tidak, kasus seperti ini bisa menjadi lebih sering terjadi.
Di tengah krisis ini, netizen juga ramai memberikan dukungan moral kepada karyawan yang terdampak.
Banyak pula yang berharap ANTV dapat menemukan solusi jangka panjang melalui restrukturisasi bisnis atau kemitraan strategis. (*)