Ekonomi Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi NTB Triwulan III 2024 Kokoh, Sektor Tambang Masih Jadi Andalan

Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 berada di atas rata-rata provinsi lain. Baik di regional Bali-Nusra maupun nasional.

Berdasarkan data BPS, ekonomi NTB pada triwulan III 2024 tumbuh sebesar 6,22 persen (yoy) dengan sektor tambang. Namun hanya sebesar 3,38 persen (yoy), jika sektor tambang dikeluarkan dari perhitungan.

“Pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III ini berhasil terjaga di dalam interval target laju pertumbuhan 5,8 – 7,1 persen. Namun, jika tanpa sektor tambang, pertumbuhan berada di bawah target laju 5,2 – 6,5 persen. Ini menunjukkan pentingnya kontribusi sektor tambang terhadap perekonomian daerah,” ujar Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin, Jumat, 20 Desember 2024.

Sektor Pertambangan dan Penggalian mencatatkan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Jumlahnya sebesar 2,84 persen dari total pertumbuhan 6,22 persen.

Adapun aktivitas produksi konsentrat kering tembaga, serta ekspornya menjadi pendorong utama sektor tambang. Namun, beberapa sektor lain seperti Konstruksi, Industri Pengolahan, dan Administrasi Pemerintahan mengalami perlambatan pada triwulan ini.

Kinerja Ekspor dan Konsumsi Menopang Perekonomian

Wahyudin menyampaikan, dari sisi pengeluaran, komponen ekspor melanjutkan tren pertumbuhan tinggi dengan mencatatkan pertumbuhan 14,26 persen pada triwulan III 2024.

“Kinerja ekspor sangat mendukung perekonomian NTB. Sementara konsumsi rumah tangga (PKRT) tetap menjadi kontributor terbesar terhadap struktur ekonomi dengan distribusi sebesar 58,51 persen. Disusul oleh Ekspor Barang dan Jasa sebesar 40,01 persen,” jelasnya.

Ia menambahkan, konsumsi pemerintah juga tumbuh positif seiring dengan peningkatan pelayanan masyarakat. Sementara, impor meningkat untuk memenuhi kebutuhan barang modal seperti mesin, ban, turbin, dan parts alat berat.

Inflasi Terkendali, Daya Beli Perlu Diawasi

Wahyudin turut memaparkan bahwa inflasi pada November 2024 tercatat sebesar 1,46 persen (yoy), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,55. Inflasi pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau cukup rendah di angka 0,94 persen.

Beberapa komoditas yang harganya naik meliputi susu kental manis, rokok kretek, kopi bubuk, dan tomat. Sedangkan harga cabai rawit, beras, cabai merah, dan ikan mengalami penurunan.

“Tren inflasi sepanjang 2024 memang cukup terkendali. Namun, tingkat inflasi yang terus menurun selama tujuh bulan terakhir perlu kita waspadai, karena dapat menjadi indikasi turunnya daya beli masyarakat,” tutupnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button