Pernah Populer, Empat Perusahaan Ini Bangkrut di Indonesia

Mataram (NTBSatu) – Menjalankan bisnis di Indonesia memang bukan perkara mudah. Sekuat apapun fondasi sebuah perusahaan, tanpa strategi yang tepat dan adaptasi terhadap perubahan zaman, bisnis bisa menghadapi kebangkrutan.
Beberapa perusahaan besar yang dulunya begitu populer di Indonesia, kini telah resmi bangkrut dan tak lagi beroperasi.
Salah satu penyebab utama yang sering menjadi pemicu kebangkrutan adalah beban utang yang tinggi, konflik internal, hingga kegagalan berinovasi.
Melansir Detikfinance, berikut ini adalah empat perusahaan ternama yang pernah berjaya di Indonesia namun kini tinggal kenangan.
1. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)
Perusahaan teh legendaris ini mulai beroperasi pada tahun 1973 dan dikenal luas lewat produk teh celup Sariwangi. Namun, pada tahun 2018, SAEA pailit karena gagal membayar utang kepada Bank ICBC Indonesia.
Total utang yang menumpuk mencapai sekitar Rp316 miliar. Sebagai informasi, Unilever yang saat ini memegang merek Sariwangi, hanya membeli lisensi mereknya, bukan perusahaannya.
2. Nyonya Meneer
Perusahaan jamu ikonik ini sempat menjadi raksasa di industri herbal Indonesia. Sayangnya, pada tahun 2017, Pengadilan Negeri Semarang menyatakan Nyonya Meneer pailit.
Permasalahan internal keluarga, besarnya utang, serta minimnya inovasi dalam produk menjadi faktor utama keruntuhan bisnis ini. Salah satu kreditur bahkan hanya menerima Rp118 juta dari utang sebesar Rp7,04 miliar.
3. 7-Eleven (Sevel)
Gerai convenience store yang sempat menjadi tren di kalangan anak muda Jakarta ini resmi menutup seluruh gerainya pada tahun 2017.
Dioperasikan oleh anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN), Sevel tumbang akibat tingginya biaya operasional dan ketidakmampuan menghadapi persaingan pasar.
4. Kodak
Sebagai pelopor dunia fotografi, Kodak dikenal luas di seluruh dunia. Namun sejak 2012, perusahaan ini bangkrut.
Kodak gagal bersaing di tengah perkembangan teknologi digital dan memilih bertahan dengan bisnis lamanya tanpa berinovasi, hingga akhirnya tak mampu bertahan.
Kisah keempat perusahaan ini menjadi pelajaran penting bahwa nama besar dan sejarah panjang tak selalu menjamin keberlanjutan sebuah bisnis.
Adaptasi, inovasi, dan manajemen yang solid tetap menjadi kunci utama untuk bertahan di tengah persaingan bisnis yang ketat. (*)