Mataram (NTBSatu) – Sebagian besar bemo kuning yang merupakan transportasi umum di Kota Mataram saat ini beroperasi menggunakan sistem carter, dan rutenya tidak sesuai dengan trayeknya.
Selain itu, masyarakat yang menggunakan jasa bemo kuning kebanyakan dari kalangan pedagang yang ke pasar dengan belanjaan yang banyak.
Seiring dengan perkembangan zaman, eksistensi bemo juga sudah dikalahkan oleh angkutan online seperti Grab atau Gocar.
“Kalau bemo ini angkutan umum yang memang dikhususkan untuk masyarakat, akan tetapi karena kualitas layanan angkot belum terlalu baik, akhirnya banyak masyarakat yang beralih ke angkutan online” kata Kepala Bidang Angkutan Dishub Kota Mataram Budi Mulyono, Rabu, 24 Januari 2024.
Maka dari itu, Pemerintah Kota Mataram juga masih memikirkan agar bemo bisa ditingkatkan kualitasnya dan saling mengisi dengan angkutan online.
Baca Juga: Awal 2024, Cuaca Ekstrem hingga Dinamika Politik Jadi Ancaman Ekonomi Indonesia
“Kalau melihat kondisi sekarang, bemo ini harus berubah, dengan revitalisasi dan menjadi angkutan feeder atau pengumpan untuk angkutan massal perkotaan berbasis bus, itu biayanya besar sehingga harus direncakanan secara baik,” terang Budi.
Pada tahun 2024 ini, Dishub Kota Mataram akan melakukan studi rute angkutan, karena izin trayek bemo saat ini terakhir ditetapkan di tahun 2000an.
Selain itu, Dishub Kota Mataram juga akan mencoba untuk mendayagunakan bemo sebagi angkutan sekolah gratis.
“Jangka panjangnya angkot yang dijadikan feeder, kedepannya harus berbadan hukum dan mentaati standar pelayanan, biaya operasi. Untuk sebagian akan ditanggung pemerintah sehingga tarifnya akan lebih murah dibandingkan angkutan lainnya,” tutur Budi.
Dengan segala dinamikanya, Budi mengungkapkan pendapatan angkutan umum atau bemo di Kota Mataram saat ini sekitar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu perhari. (WIL)
Baca Juga: Banyak Keluarga PKH Dipindah ke Program PENA, Dinsos Mataram: Supaya Fokus Usaha