Mataram (NTBSatu) – Cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi di Indonesia sejak awal tahun 2024. Hal ini berdampak pada sektor pertanian dan ekonomi, sehingga menjadi ancaman terbesar.
Tak hanya cuaca, dinamika politik di tahun 2024 juga menjadi ancaman menurut Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.
Salah satu anggota dari CORE, Etika Karyani mengatakan, perubahan iklim 2024 sangat mengancam dan menjadi risiko tertinggi. Selain itu, masalah politik atau serangan siber juga masuk ke peringkat kelima.
“Untuk sektor jasa keuangan, ada tiga isu utama yang akan mempengaruhi, diantaranya tahun politik yang berpotensi meningkatkan konsumsi dan menahan investasi, serta era suku bunga tinggi yang berpotensi menahan pertumbuhan kredit,” ujar Etika yang dilansir dari Antara, Rabu, 24 Januari 2024.
Menurutnya, tahun 2024 menjadi awal yang menarik di tahun politik ini, karena harga konsumsi naik, tetapi investasi tertahan dan suku bunga tertinggi yaitu enam persen.
Baca Juga: Banyak Keluarga PKH Dipindah ke Program PENA, Dinsos Mataram: Supaya Fokus Usaha
“Belum lagi pemulihan pasca Covid-19 berpotensi akan meningkatkan aktivitas dan konsumsi masyarakat. Endemi Covid- 19 ini ada peluang bagi industri keuangan karena ada potensi meningkatnya aktivitas dan konsumsi,” ujarnya.
Etika menambahkan, apabila bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya, maka Bank Indonesia (BI) akan mengikuti penurunan tersebut.
“Kalau The Fed menurunkan di kuartal I-2024, mungkin BI akan merubah kebijakannya. Tapi, juga ada lain yang perlu dipertimbangkan yaitu inflasi, inflasi harus 1,5 sampai 3,5 persen sesuai target,” terangnya.
Kendati demikian, apabila suku bunga acuan turun, tidak serta merta industri perbankan di tanah air menurunkan tingkat suku bunganya
“Tapi perbankan tidak serta merta mengikuti, dia butuh waktu untuk menurunkan suku bunga, paling suku bunga perbankan baru turun di akhir 2024 atau 2025,” pungkas Etika. (WIL)
Baca Juga: Bemo Kuning Riwayatmu Kini, Jumlah Tinggal Puluhan, Tak Pernah Perpanjang Izin Trayek