Mataram (NTBSatu) – Dinas Perhubungan Kota Mataram telah melakukan pendataan dan pengecekan kondisi angkutan kota, atau yang dikenal dengan bemo kuning.
Sebagian besar bemo tidak lolos uji kendaraan, menimbulkan pertimbangan serius terkait rencana penggunaannya sebagai angkutan pelajar.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram, Zulkarwin, menyatakan langkah awal tersebut dilakukan untuk memberdayakan angkot sebagai transportasi bagi pelajar.
“Pendataan ini sebagai langkah awal untuk memberdayakan angkot di Kota Mataram, sebagai transportasi atau angkutan pelajar,” ujarnya kepada NTBSatu.
Berdasarkan hasil pendataan menunjukkan sebagian besar bemo dalam kondisi tidak layak.
“Tidak mungkin kendaraan yang tidak layak digunakan untuk mengangkut pelajar,” tegas Zulkarwin.
Menurutnya, keselamatan pelajar menjadi prioritas utama, mengingat persentase angkot yang layak sangat minim.
Berita Terkini:
- Dari Statistik ke Realita, Ekonomi NTB Tumbuh tapi Belum Merata
- Sidang Etik Kematian Rizkil Watoni, Eks Kapolsek Kayangan Hanya Disanksi Minta Maaf
- Penetapan Tersangka 6 Mahasiswa Dinilai Politis, DPD IMM NTB Desak Kapolda NTB Evaluasi Kapolres Bima
- Belajar dari Inggris, RS Ruslan Mataram Optimalkan Big Data untuk Layanan Kesehatan Modern
- Peringkat Buncit Indeks Daya Saing Digital, NTB Butuh Revolusi di Era Iqbal-Dinda
Uji coba angkot mulai dari sistem zonasi, yakni di SMPN 12 Cakranegara di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Selagalas.
“Kita coba manfaatkan lima atau sepuluh bemo kuning yang kondisinya benar-benar layak dari interiornya,” terangnya.
Penjelasan oleh mantan Camat Selaparang, penggunaan angkot sebagai angkutan pelajar belum selesai dan sopir belum dapat informasi.
Ia berharap program tersebut dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi sopir angkot, yang rata-rata hanya menghasilkan Rp50 ribu per hari.
Sistem yang digunakan dengan membayar jasa pengangkutan siswa ke alamat tujuan.
“Kalau sudah diantar dan dijemput, sopir angkot ini boleh mencari penumpang lain lagi,” jelas Zulkarwin.
Ia tekankan bahwa kelayakan kendaraan menjadi prioritas utama karena berkaitan dengan keselamatan penumpang.
“Kelayakan kendaraan menjadi prioritas utama karena berkaitan dengan keselamatan penumpang,” pungkasnya. (WIL)