Jakarta (NTBSatu) – Iran mengklaim, memiliki bukti-bukti kuat tentang Amerika Serikat (AS) yang membantu Israel menyerang mereka. Tuduhan ini dilontarkan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi.
Ia mengatakan, AS terlibat dalam serangan tersebut yang menargetkan infrastruktur nuklir, militer, dan energi Iran.
“Termasuk kilang minyak dan cadangan bahan bakar di dekat Teheran,” ujar Abbas dalam laporan Al Jazeera, dikutip Sabtu, 21 Juni 2025.
Teheran sebelumnya, menuduh AS memberikan persetujuan diam-diam dan dukungan eksplisit bagi Israel. Dengan menyediakan persenjataan canggih dan keahlian teknis, yang menurutnya memfasilitasi kemampuan militer Israel.
Iran telah memperingatkan, serangan langsung AS akan memicu pembalasan terhadap pangkalan-pangkalan Amerika di Teluk. Meskipun sejauh ini, Iran menahan diri untuk tidak menargetkan aset-aset AS atau infrastruktur energi Teluk.
Respons Amerika Serikat
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump melontarkan pernyataan terkait kemungkinan peran Washington dalam perang Israel-Iran.
Hal ini ia ucapkan, setelah mengaku mempertimbangkan sejumlah hal terkait apakah AS akan ikut menyerang Tehran atau tidak.
Mengutip BBC News, Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt menyebut, Trump akan memutuskan apakah AS akan terlibat langsung dalam konflik Iran-Israel dalam dua minggu ke depan. Prediksi ini berbasis pada asumsi bahwa Iran kemungkinan besar akan melakukan negosiasi.
“Berdasarkan fakta, ada kemungkinan besar negosiasi yang mungkin terjadi atau tidak dengan Iran dalam waktu dekat. Kami akan membuat keputusan apakah akan terlibat atau tidak dalam dua minggu ke depan,” kata Leavitt menggambarkan pernyataan Trump, Kamis, 19 Juni 2025.
Mengenai apa pesannya untuk para pendukung Trump yang memiliki kekhawatiran tentang keterlibatan AS di perang ini, Leavitt hanya meminta publik saat ini untuk percaya pada Presiden Trump.
“Prioritas utama presiden adalah memastikan bahwa Iran tidak berhasil membangun senjata nuklir,” ucapnya.
Sebelumnya, Trump mengirimkan sinyal-sinyal terkait kemungkinan partisipasi Washington untuk ikut menyerang Iran. Hal ini pun diikuti oleh pergerakan kapal induk nuklir AS, beserta sejumlah pesawat tempur ke dekat Negeri Para Mullah itu.
“Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Maksud saya, tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan,” katanya, mengutip Reuters.
Eskalasi Terus Berlangsung
Sebagai informasi, eskalasi antara Iran dan Israel terus membara. Konflik ini dimulai saat Israel menyerang Iran, Jumat, 13 Juni 2025 lalu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, motifnya untuk melumpuhkan program nuklir Iran yang diyakini dikembangkan untuk membuat senjata pemusnah massal.
Namun klaim ini ditolak Iran, yang menyebutkan program tersebut dikembangkan untuk tujuan sipil. Tehran juga telah melontarkan sejumlah serangan balasan, yang mengenai beberapa titik di Tel Aviv dan Haifa.
Dengan adanya wacana keikutsertaan AS ini, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengatakan, pihaknya berharap diplomasi sebagai pilihan pertama. Namun, karena pemboman terus berlanjut, Iran tidak dapat memulai negosiasi apa pun.
“Keterlibatan AS akan menjadi neraka bagi seluruh kawasan, yang akan mengubah konflik menjadi rawa, melanjutkan agresi, dan menunda berakhirnya kekejaman brutal,” tuturnya kepada BBC.
“Ini bukan perang Amerika. Jika Trump benar-benar terlibat, ia akan selalu dikenang sebagai seorang presiden yang memasuki perang yang tidak seharusnya ia ikuti,” tambah Saeed.
Setelah puluhan tahun bermusuhan dan terlibat perang bayangan melalui proksi, konflik terbaru ini menandai pertama kalinya Israel dan Iran yang bermusuhan saling menyerang dengan intensitas sebesar ini. Hal tersebut memicu kekhawatiran dunia akan konflik berkepanjangan di Timur Tengah. (*)