HEADLINE NEWSKota Mataram

Refleksi Kota Mataram 2023: Bongkar Pasang Trotoar, Gaduh Tarif Parkir, Hingga Sejumlah Masalah “Musiman” Lainnya

Sengkarut Sampah Kota

Permasalahan sampah masih terus menghantui Kota Mataram hingga penghujung tahun 2023.

Banyaknya sampah yang menumpuk menyebabkan munculnya titik rawan tumpukan sampah di beberapa wilayah, khususnya tepi sungai.

Pemerintah Kota Mataram telah berupaya menyisir lokasi-lokasi tumpukan sampah dengan tim satgas yang sudah dibentuk dan beroperasi sejak 2022 hingga saat ini.

Penumpukan sampah terjadi karena sejumlah warga yang membuang sampah secara liar, sehingga yang lainnya ikut melakukan hal tersebut.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTB juga sempat menyoroti tentang penerapan penanganan sampah dengan sistem jaring, agar penumpukan tidak merusak ekosistem dan lingkungan sungai.

Walhi NTB berharap penerapannya tidak hanya di satu titik saja, tetapi seluruh sungai yang ada di Kota Mataram. Sungai di Kota Mataram memiliki banyak aliran yang dapat membawa sampah ke sungai lain, khususnya sungai kecil.

Selain itu, Walikota Kota Mataram H Mohan Roliskana juga tegaskan permasalahan sampah menurutnya, Kota Mataram berada pada daerah hilir yang pastinya ketika musim hujan datang, potensi sampah dari hulu akan mengalir ke hilir.

“Jika berbicara masalah mitigasi bencana, sampah merupakan salah satu potensi bencana yang harus diantisipasi dan perlu menjadi atensi bersama,” ujarnya 13 September 2023.

Masalah Musiman Anjal dan Gepeng

Tak hanya sampah yang menghantui Kota Mataram, semakin maraknya Anak jalanan (Anjal) dan Gelandangan Pengemis (Gepeng) yang terus berkeliaran, bahkan sering mengelabui tim satgas dari Dinas Sosial Kota Mataram.

Beberapa wilayah yang masih diwarnai dengan keberadaan anjal dan gepeng yaitu Sandubaya dan Gomong. Satgas Dinsos Kota Mataram sudah melakukan langkah optimal dengan membagi waktu menjadi tiga shift, tetapi tidak membuat anjal dan gepeng jera.

Bukan hanya anjal dan gepeng, aksi badut dan manusia silver juga menjadi jalan lain untuk mereka melakukan minta-minta. Mereka hanya berdiri dan menyodorkan gelas sembari berdiri dan sedikit bergoyang menghibur penonton.

Berdasarkan informasi Ketua Dinsos Kota Mataram, Sudirman, bahwa mereka melakukan aksi tersebut karena tidak memiliki biaya untuk menyambung hidup, bahkan beberapa dari mereka bukan masyarakat yang berdomisili di Mataram.

Kesulitan Menekan Kemiskinan dan Pengangguran

Sebanyak 19.000 keluarga mengalami kemiskinan ekstrim dan 10.550 orang belum memiliki pekerjaan atau pengangguran di Kota Mataram.

Kemiskinan ini terjadi karena masyarakat sangat selektif memilih pekerjaan alias gengsi mengambil pekerjaan yang tidak setara dengan tingkat pendidikan mereka.

Maka dari itu, Pemkot Mataram akan mengurangi angka kemiskinan ekstrem tersebut hingga nol persen dengan menggunakan dana Rp5,9 miliar dalam jangka waktu 2 bulan, dengan menggandeng beberapa OPD agar membantu berikan fasilitas seperti gerobak dan lain sebagainya.

Wali Kota Mataram, H. Mohan Roliskana pernah menyebut, pihaknya sudah menyiapkan dana sebesar Rp10,4 miliar untuk penanganan kemiskinan ekstrem tersebut.

Anggaran bersumber dari bantuan pemerintah pusat Rp5,9 miliar dan APBD Kota Mataram Rp4,5 miliar.

“Dengan anggaran itu, kita bisa berbuat lebih maksimal untuk mencapai target nol kemiskinan ekstrem di tahun 2024, sesuai target pemerintah,” katanya.

Pandangan Pengamat

Dari serangkaian masalah itu, salah satu hal yang menjadi sorotan anggota TPID Dr. Iwan Harsono, terkait kemiskinan ekstrim.

Ia mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan bahwa Anggaran APBD untuk pengentasan kemiskinan tidak salah sasaran.

“Bantuan sosial dan subsidi harus tepat sasaran, yang lebih penting lagi Memastikan rumah tangga miskin ekstrem masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan menjadi prioritas penerima manfaat program,” ujarnya Kamis 28 Desember 2023. (WIL)

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Back to top button