Sekretaris Rektor I Ummat ini juga menyoroti istilah-istilah yang digunakan oleh ketiga cawapres. Seperti, pada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka yang sering memunculkan istilah hilirisasi saat debat.
Bila dilakukan analisa menggunakan kajian kontekstual mengenai istilah hilirisasi yang disampaikan, Syafril menduga kalau pasangan ini menganut paham perubahan.
“Karena hilirisasi di era rezim sekarang ini kelihatannya sangat minim. Bukti minimnya, masih banyak impor sumber daya alam yang sebetulnya melimpah di Indonesia. Impor gula, impor garam, impor, kedelai, impor beras, dan lain-lain. Semua yang diimpor tersebut potensinya melimpah di Indonesia,” ujarnya.
Sementara, lanjut Syafril, cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar kurang mampu me-manage waktu saat debat. Sehingga pesan substansinya belum tersampaikan dengan utuh.
“Namun pesan yang disampaikan masih konsisten dengan tema pembangunan yang berkeadilan dengan mengupayakan pemerataan berdasarkan skala prioritas,” ungkapnya.
Adapun substansi yang disampaikan cawapres pasangan Anies Baswedan saat debat semalam adalah menghadirkan aksesibilitas untuk mengatasi kesenjangan. Kemudian, pembangunan sarana pendidikan dengan fokus untuk penguatan SDM unggul. Serta, penyediaan air bersih dan penerangan Listrik.
“Hanya kendalanya belum tersampaikan secara sistematis dan berbasis data. Karena kita tahu bersama kalau banyak wilayah Indonesia belum terkoneksi dengan baik. Masih banyak wilayah yang bermasalah dengan kekeringan dan akses Listrik, apalagi jaringan internet,” lanjutnya.