Mantan Kepala Disdag Provinsi NTB itu menegaskan, keberadaan BTT tersebut dijadikan sebagai cadangan. Jika suatu waktu terjadi gejolak harga yang tidak bisa dikendalikan lagi.
“Tentu menjadi cadangan kita sewaktu-waktu ada gejolak fluktuasi dari harga bahan pokok itu sendiri,” ungkapnya.
Kendati demikian, Fathurrahman tetap berharap agar bahan pokok yang menjadi variabel-variabel utama mendukung terjadinya inflasi tersebut dapat dikendalikan.
Seperti halnya cabai, di tengah harganya yang mahal itu, masyarakat bisa melakukan gerakan menanam cabai dilingkungan masing-masing.
“Itu adalah salah satu cara yang paling gampang ya, termasuk juga mungkin di kantor-kantor kalau ada lahan,” ungkapnya.
Berita Terkini:
- Antara Nyawa dan Jalan Rusak, Warga Meang Jadi Penandu Ibu Hamil dan Lansia Tanpa Pamrih
- Peringatan Harlah Ke-102 NU, PP Muhammadiyah Ungkap Semangat Kebersamaan Rawat Keutuhan NKRI
- Polisi Amankan 8 Pelaku Ilegal Fishing dan Puluhan Bahan Peledak di Perairan Bima
- Pria Asal Lombok Barat Dibekuk Polisi Gegara Curi HP Perempuan saat Chek In di Hotel
Sebagai informasi, Provinsi NTB menjadi salah satu dari sepuluh provinsi dengan inflasi terendah se-Indonesia.
Tingkat inflasi NTB pada November 2023 menembus angka 2,66 persen Year-on-year (yoy), di bawah inflasi nasional, yakni 2,86 persen. (MYM)