P2G juga menyayangkan tak ada satu capres-cawapres pun yang memberi solusi soal runyamnya tata kelola sekolah di Indonesia. Padahal hal ini berdampak langsung terhadap tata kelola sekolah, kesejahteraan, kompetensi, karier dan rekrutmen serta distribusi guru.
Bahkan, mereka menyoroti setiap pasangan capres-cawapres ini karena tidak memaparkan strateginya dalam mempersiapkan guru kompeten.
Baca Juga : 64,07 Persen Petani Milenial di NTB Sudah Adopsi Teknologi Digital
“Visi-misi capres terlalu klise, kami tidak menemukan adanya penyiapan “grand design” peningkatan kompetensi guru. Tanpa menyentuh kompetensi dalam menyiapkan guru-guru andal, mustahil pendidikan yang berkualitas akan tercapai,” kata Satriwan.
Menurut pihaknya, pendidikan profesi guru (PPG) sebaiknya melalui pola “concurrent teacher education”, yaitu pendidikan profesi guru yang menyatu dengan kuliah reguler agar efektif waktu serta anggaran. Sehingga para guru sudah dipersiapkan sejak masa LPTK dan bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi guru.
“Bukan seperti sekarang, pola pendidikan profesi guru terpisah dari pendidikan sarjana strata satu,” pungkasnya. (JEF)
Baca Juga : Raih Medali Emas Kejuaraan Dunia Karate, Siswa SMPN 6 Mataram Ini Dikenal Religius