Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB telah memaparkan terkait kerangka kerja untuk perubahan transformatif di NTB. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan NTB Gemilang yang diinisiasi Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah S.E., M,Sc., dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Dajalilah M.Pd.
Kepala Bappeda NTB, Dr. Ir. H. Iswandi M.Si., mengatakan, perubahan transformatif memerlukan berbagai tindakan. Menurut Iswandi, perubahan transformatif perlu penyusunan target. Perubahan tranformatif mesti mendorong peningkatan produktivitas daerah, mengoptimalkan pemanfaatan ruang untuk mempertimbangan pembangunan berkelanjutan, mendukung pengembangan infrastruktur hijau dan pembangunan berkelanjutan.
“Mendukung pencapaian target daya saing daerah dan Sustainibility Development Goals (SDG’s),” ujar Iswandi, Rabu, 8 Maret 2023.
Selanjutnya, perubahan transformatif memerlukan platform. Platform tersebut mesti mendorong perumusan kebijakan strategis yang mendukung keberlanjutan lingkungan, mendorong tata kelola pengelolaan lingkungan yang lebih baik, mengupayakan sumber pendanaan pembangunan berbasis kinerja lingkungan, serta membangun dialog dan komunikasi dengan berbagai pihak.
“Membangun dialog dan komunikasi tersebut meliputi pihak perguruan tinggi, lembaga riset, lembaga donor, Non-Government Organization. Kemudian, harus membangun budaya inovasi dan pembelajaran bersama untuk perbaikan kinerja lingkungan,” terang Iswandi.
Iswandi menyatakan, perubahan transformatif dapat membawa manfaat ekonomi dan sosial, yaitu terwujudnya keberlanjutan lingkungan, menjamin kehidupan masyarakat denga naman, nyaman, damai, dan sejahtera, serta menciptakan perubahan yang sistematis ke arah yang lebih baik.
Pada tahun 2018, tingkat pengangguran di NTB mencapai 3,58 persen. Jumlah tersebut, kemudian menurun pada tahun 2019. Kemudian, pada tahun 2020 naik menjadi 4,22 persen. Sedangkan, pada tahun 2021 turun menjadi 3,01 persen. Untuk tahun 2022, turun kembali menjadi 2,89 persen.
“Terjadi jumlah kenaikan yang cukup besar di tahun 2020 karena adanya Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia, tidak hanya NTB. Sementara itu, di tahun 2023, kami prediksi meningkat menjadi 3,06 persen. Pada tahun 2024, diprediksi turun menjadi 2,98 persen. Kami juga memprediksi angka tersebut makin menurun pada tahun 2025, menjadi sebesar 2,85 persen. Kemudian, kami memprediksi penurunan kembali terjadi pada tahun 2026, menjadi sebesar 2,63 persen,” pungkas Iswandi. (GSR)