BERITA NASIONAL

Tanggapi Komisi IV Soal Optimalisasi Smelter, Amman Ajukan Perpanjangan Ekspor Konsentrat

Mataram (NTBSatu) – Kunjungan kerja Komisi IV DPRD NTB ke Smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) belum lama ini, menyoroti optimalisasi Smelter.

Komisi yang membidangi ESDM ini, meminta Amman memaksimalkan kapasitas produksi konsentrat emas dan tembaga 900 ton per tahun. Sehingga berdampak pada meningkatnya pemasukan daerah.

Pada sisi teknis, Amman sendiri mengakui masih ada kendala untuk mempercepat commissioning atau uji coba.

“Saat ini kami sedang mengatasi beberapa tantangan teknis, terutama dalam mengoptimalkan alur proses dan kinerja peralatan,” kata Vice President Corporate Communication PT Amman Mineral Internasional Tbk, Kartika Octaviana menjawab NTBSatu .

“Pengelolaan tantangan-tantangan ini dengan tingkat komitmen yang tinggi, karena penyelesaiannya sangat penting untuk kelancaran transisi ke operasi skala penuh,” sambung Vina, sapaannya.

IKLAN

Bagaimana strategi Amman untuk mempercepat proses commissioning?

Kartika menjawab ini, bahwa proses komisioning berjalan dengan stabil sambil mempertahankan standar keselamatan tertinggi.

Pihaknya mengambil pendekatan yang lebih konservatif untuk mencegah insiden atau kecelakaan yang dapat menyebabkan konsekuensi yang lebih parah.

“Rancangan strategi kami juga untuk memastikan keandalan dan keberlanjutan jangka panjang fasilitas ini,” ujarnya.

Konsekwensi dari belum optimalnya Smelter, berdampak pada proses pengolahan mineral menjadi terhambat. Khususnya katoda tembaga. Sehingga sebagai langkah proaktif untuk memitigasi potensi keterbatasan produksi dari Smelter, pihaknya mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat.

“Kami telah secara resmi mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk perpanjangan izin ekspor konsentrat hingga Smelter mencapai kapasitas operasi yang optimal,” paparnya.

Pernah Minta ke DPR RI

Sebagai informasi, Amman mineral memang sedang mengajukan relaksasi ekspor konstrat. Sebab izin berakhir Desember 2024 lalu. Seharusnya, sejalan dengan berakhirnya izin ekspor, Smelter dapat langsung beroperasi penuh.

Namun akibat lambannya proses uji coba demi mengedepankan prinsip kehati hatian. Kapasitas produksi pabrik pengolahan ini baru 48 persen, per 19 Februari 2025 lalu.

Atas dasar itu, Presiden Direktur Amman Mineral Internasional, Rachmat Makassau saat RDP dengan Komisi XII DPR RI, berharap izin ekspor dapat keluar segera dari pemerintah.

Selain soal kapasitas produksi Smelter, Ketua Komisi IV DPRD NTB Hamdan Kasim juga menyoroti produksi karbon dari pabrik Smelter dengan nilai investasi Rp21 Triliun itu.

Kartika menambahkan, emisi karbon dari operasi smelter sangat rendah. Proses utama peleburan menggunakan gas alam sebagai sumber energi utama, sehingga bahan bakar yang lebih bersih dengan emisi karbon yang jauh lebih rendah.

“Dengan demikian, keluaran karbon dari operasi smelter kami minimal dan tidak signifikan secara lingkungan, sehingga tidak memerlukan penggunaan teknologi penangkapan karbon,” tandas mantan presenter Metro TV ini.

Pertanyaan ketiga Hamdan sebelumnya, terkait indikasi penggunaan limbah cair pada proses produksi.

Kartika menegaskan, dalam kegiatan smelter AMMAN, pihaknya tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti sianida.

“Bahkan, konsentrat dari tambang Batu Hijau terkenal sebagai salah satu yang paling bersih di industri ini, dengan kandungan pengotor yang sangat rendah,” pungkasnya. (*)

    Dengan demikian, limbah cair yang dihasilkan dari proses peleburan kami tidak mengandung zat-zat berbahaya. Meskipun begitu, seluruh limbah tetap kami kelola melalui sistem pengolahan limbah cair yang kuat dan memenuhi standar lingkungan yang ketat. Hal ini kami lakukan untuk memastikan bahwa operasional kami tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar.

    Berita Terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Back to top button