Mataram (NTB Satu) – Status ‘global geopark’ yang melekat pada Geopark Rinjani akan dievaluasi dan divalidasi ulang (revalidasi) oleh UNESCO pada Minggu, 29 Mei 2022 mendatang. Dengan berbagai macam program yang sudah dilaksanakan, pihak Geopark Rinjani mengaku siap menyambut datangnya tim evaluator dari UNESCO tersebut.
“Penilaian itu selama 3 hari (29 – 31 Mei). Dari 2018 kami sudah banyak melakukan pelatihan dan pengembangan kepada masyarakat, dan bukti itu akan kita sampaikan ke asesor nanti, artinya kita sangat siap,” ungkap Manajer Pendidikan dan Kebudayaan Geopark Rinjani, Fathul Rakhman, Sabtu, 28 Mei 2022.
Beberapa hal yang menjadi indikator penilaian status tersebut,seperti geodiversity atau keragaman geologi, biodiversity atau keanekaragaman hayati, dan cultural diversity atau keragaman budaya.
Tim evaluator yang diterjunkan oleh UNESCO berasal dari Jerman dan Austria, yakni Henning Zellmer dan Oliver Gulas Woehri. Selain itu, akan ada juga tim evaluator dari UNESCO Jakarta.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Madani Mukarom, juga mengaku siap berkontribusi guna mempertahan status Global Geopark Rinjani tersebut. Salah satunya dengan menerjunkan timnya untuk membenahi kekurangan yang ada.
“Ini adalah sebuah momen penting dan sangat disayangkan bila disia-siakan, karena akan susah mendapatkan status geopark bila terjadi pemutusan. Maka dari itu, kami akan menugaskan Satgas Zero Waste untuk siap siaga di area Geopark Rinjani, serta akan menugaskan KPH setempat untuk membenahi kekurangan yang ada,” kata Madani.
Revalidasi global geopark merupakan misi yang dilakukan UNESCO untuk menilai ulang keberadaan sebuah global geopark setiap empat tahun sekali. Hal itu menjadi penentu status geopark tersebut berlanjut atau dicabut.
Sejak ditetapkan menjadi bagian dari 10 global geopark pada tahun 2018, Geopark Rinjani telah menjalankan beberapa rekomendasi dari UNESCO, seperti visibilitas geopark, peningkatan kemitraan dengan berbagai pihak, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan berskala nasional maupun internasional, dan menjabarkan biodiversity, geodiversity, dan cultural diversity yang ada di lingkup kerjanya.
Sebelum ditetapkan, UNESCO sudah terlebih dahulu melakukan penilaian pada tahun 2016. Lokasi yang menjadi titik penilaian saat itu adalah Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM), Kota Mataram, Desa Aik Berik, Gili Trawangan, Sembalaun, dan Senaru. (RZK)